Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Tunggal Jangan Diremehkan

19 April 2024   08:42 Diperbarui: 19 April 2024   08:51 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ada, apa, to, Ma?" aku bertanya balik sambil tersenyum.

"Kamu, khan harus pergi kuliah. Biarlah urusan dapur mama yang menggantikan!" tutur mama masih dengan emosi kemarahannya.

"Hari ini tidak ada kuliah, Ma. Dosennya ke luar negeri. Biasa sajalah, Ma. Kok seperti ada masalah besar," tuturku dengan senyum yang lebih lebar.

Meskipun aku sudah berusaha dengan tersenyum semanis mungkin, mama masih meluapkan emosinya. Sebagai lawan bicara, aku tenang-tenang saja. Menunggu semua isi hati mama dikeluarkan. Namun, aku tidak mau mama berlama-lama dalam emosi. Sebelum mama berbicara lagi, lebih dahulu aku bertanya.

"Mama tadi izin dari tempat kerja hanya untuk memasak di rumah?" tanyaku sedikit mengejek.

"Apakah, mama belum percaya kalau aku juga dapat memasak?" ucapku sambil mulai meracik bumbu.

Terkadang aku harus menyampaikan posisiku dalam keluarga agar mama tidak lagi menganggap aku seperti anak kecil yang baru bisa berjalan. Sebagai anak tunggal, aku tidak ingin diperlakukan istimewa, disayang-sayang seperti pasien rumah sakit.

"Percayalah, Ma. Masakan Putri tidak akan mengecewakan," tuturku sambil memamerkan senyum.

"Coba tadi kamu memberi tahu mama kalau kamu yang akan menggantikan pekerjaan Karsi. Tidak perlu mama izin, " ucap mama sedikit kesal.

"Coba tadi mama tanya dulu kepada Putri sebelum memutuskan izin pulang lebih cepat!" tuturku seolah ikut menyalahkan mama.

"Ah, kamu ndak pernah mau kalah dalam berbicara," ucap mama sambil membalikkan badan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun