Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Anak Tunggal Jangan Diremehkan

19 April 2024   08:42 Diperbarui: 19 April 2024   08:51 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum pukul 10.00 aku sudah pulang dari terminal bus. Mbak Karsi begitu gelisah dalam perjalanan dari rumah menuju terminal bus tadi. Aku berusaha menenangkan agar fokus pada kelancaran perjalanan.

Tiba di rumah lagi suasana sepi menyambut. Mbak Karsi yang biasa menemaniku setiap pagi sebelum berangkat kuliah, kini pulang kampung. Papa dan mama masih di tempat pekerjaan masing-masing.

Waktu terus berjalan. Tugas mbak Karsi harus aku ambil alih. Tadi belanjaan untuk dimasak sudah ada. Resep menu masakan ada di dapur. Mamaku memang selalu menyiapkan resep masakan untuk satu bulan. Dengan begitu, mbak Karsi sudah tahu apa saja yang harus dibeli di pasar untuk hari tertentu.

Tanggal dan hari aku lihat di kalender kemudian aku periksa resep masakan sesuai hari dan tanggal tersebut. Sekilas aku baca bahan-bahan untuk resep masakan hari ini. Kemudian aku periksa belanjaan di tas plastik yang tergeletak di lantai dapur. Satu per satu aku keluarkan bahan sesuai tulisan pada resep. Tidak ada satu pun yang tertinggal, kecuali garam dan gula pasir yang aku yakin masih ada stok di lemari dapur.

Biasanya aku hanya membantu mbak Karsi memasak. Aku yang memotong-motong sayur dan mencucinya. Kemudian mbak Karsi yang memasukkan semua bahan pada panci atau wajan di atas kompor sesuai urutan pada resep. Aku selalu memperhatikan tahap demi tahap bahan-bahan itu dimasukkan.

Kali ini aku harus sendirian memasak. Buku resep menjadi satu-satunya petunjuk. Tidak ada orang lain yang bisa diajak berdiskusi. Meskipun begitu, aku tidak merasa kesepian. Suara musik lembut aku putar dari tab yang kubawa dari kamar.

Aku belum bercerita kepada papa dan mama jika mbak Karsi pulang kampung untuk menjenguk ayahnya. Pekerjaan mbak Karsi yang ditinggalkan kucoba kerjakan satu per satu. Untuk menyapu dan mengepel sudah aku lakukan.

Tugas memasak sayur santan pelan-pelan akan aku kerjakan setelah membaca berulang-ulang "cara memasak". Hal itu penting agar langkah demi langkah tidak ada yang terlewati. Bahan-bahan untuk dimasak sudah aku periksa. Bahan-bahan itu aku taruh di meja satu per satu. Maksudnya, tidak ditumpuk. Bahan aku jajar seperti pedagang di pasar.

Kelapa parut sudah tersedia. Tinggal diperas setelah diberi sedikit air bersih. Kemudian sayur labu merah perlu dikupas dan dipotong-potong. Demikian pula sayur kacang panjang perlu dipotong-potong juga setelah bagian ujung dan pangkalnya dibersihkan.

Bumbu-bumbu yang diperlukan sudah aku siapkan di atas meja pula, tidak jauh dari kompor. Aku bertekad untuk dapat memasak seenak mungkin sesuai selera papa dan mamaku. Membahagiakan orang tua adalah upaya yang selalu aku lakukan.

Sebelum memulai beraksi, aku cuci tangan terlebih dahulu. Buku resep aku baca sekali lagi secara menyeluruh, baru kemudian aku nyalakan kompor. Panci dan wajan aku taruh dekat kompor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun