"Lah, kan kita bisa tanya Mbah Google!" jawab suami dengan maksud melucu.
"Oh, GPS toh maksudnya? Google Positioning System?"
"Iya, hehe ... tapi beberapa kali kita disesatkan juga, sih, ya. Tahun lalu sama sulung, saat ke Batu, ... eh ... dilewatkan jalan tikus. Malah jembatannya sedang perbaikan sehingga harus putar balik. Sementara, minggu lalu sama si tengah ketika ke Tulungagung juga ngaco. Jembatannya sempit enggak bisa roda empat. Nyebelin  banget, kan? Sama saja menyesatkan! Hehehe ...," protesnya.
"Iya, memang mending tanya sama masyarakat sekitar, sih, ya. Sistem konvensional saja hehehe," sambutku.
"Ya, wes. Mama coba menanyakan ke Mariska saja. Aku yakin pasti mereka mau kasih bocoran," usulnya.
"Memang, siapa sih yang mau dagang molen?" selidikku.
"Ya, ancer-ancer saja. Si tengah 'kan mau bikin usaha bakso gerobakan di Jakarta. Kalau molen seenak langganan kita di pasar Bunul, kayaknya lumayan untungnya. Bayangkan, satu pisang jadi sekitar 20 potong molen mini harga lima ratusan. Berarti kan satu pisang sudah tampak tuh sepuluh ribu rupiah!"
"Belum pertepungan, telur, gas, rombong atau gerobak, dan mesin gilingnya. Modalnya lumayan juga!"
"Iya, sih!"
***
"Ndhuk, ini Papa tanya, berapa perkiraan modal ayahmu kalau kerja molen?" kutanyakan ke keponakan perihal pekerjaan ayahnya via telepon.