Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa yang Bisa Menghentikan Perang?

20 April 2024   05:55 Diperbarui: 20 April 2024   06:33 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siapa Yang Bisa Menghentikan Perang (gambar: greekreporter.com, diolah pribadi)

Dunia modern dikejutkan dengan dimulainya perang antara Rusia dengan Ukraina. Belum selesai perang Rusia dengan Ukraina, kemudian muncul perang antara Israel dengan Palestina, dan hari ini semakin meluas dengan negara Iran. Ibarat hutan yang terbakar, dari kobaran api kecil yang tidak segera dipadamkan, akhirnya menjadi kobaran api besar yang sulit dipadamkan. Peperangan adalah tragedi kemanusiaan, bencana kehidupan terbesar di abad modern ini yang diciptakan sendiri oleh para pemimpin negara yang diliputi oleh keserakahan, kebencian, ego, dan kegelapan batin tingkat akut.

Sulit mengharapkan kedamaian di dunia ini ketika banyak pemimpin negara maju berlomba untuk membuat senjata yang paling canggih dan paling mematikan dengan alasan keamanan, pertahanan diri dan lain-lain, padahal sesungguhnya akan digunakan untuk berperang mengalahkan negara lain.

Kehancuran dunia di depan mata jika para pemimpin dunia tidak segera sadar diri. Sadar diri bahwa peperangan yang semakin meluas hanya akan menimbulkan kerusakan, kehancuran, penderitaan dan dendam yang tidak akan berkesudahan. Puluhan ribu nyawa manusia menjadi korban akibat peperangan, semakin banyak anak-anak yang tidak berdosa kehilangan keluarganya, kehancuran sendi-sendi kehidupan semakin bertambah besar.

Semua orang baik yang memiliki cinta kasih, belas kasih, simpati, pasti akan menyerukan perdamaian. 

Presiden RI, Bapak Jokowi pernah secara langsung, datang menemui pemimpin negara Ukraina dan Rusia untuk mendamaikan, bahkan tokoh agama terbesar di dunia, yang sangat dihormati, memohon agar perang dihentikan, tetapi perang terus berkobar bahkan semakin meluas.

Siapa yang bisa menghentikan perang?

Menjawab pertanyaan ini, kita bisa merenungkan ke dalam diri masing-masing, dan semoga juga dapat direnungkan oleh para pemimpin negara saat ini dan pemimpin negara akan datang.

Dalam kitab suci Dhammapada syair 3 dan 5, Guru Agung Buddha bersabda :

Syair (3) "Ia menghina saya, ia memukul saya, ia mengalahkan saya, ia merampas milik saya. Selama seseorang masih menyimpan pikiran seperti itu, maka kebencian tak akan pernah berakhir." 

Syair(5) "Kebencian tak akan pernah berakhir apabila dibalas dengan kebencian, tetapi kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci, inilah satu hukum abadi."

Kalau kita mau merenung ke dalam diri masing-masing, sesungguhnya setiap hari dan setiap saat kita berperang dengan pikiran jahat yang muncul. Pikiran jahat adalah pikiran yang diliputi oleh keserakahan, iri hati, kemarahan, dendam, kebencian, ego, dan kegelapan batin. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan orang-orang yang tidak dapat mengendalikan diri dari keserakahan, emosi, ego, rasa marah, dan benci sehingga perbuatannya mengakibatkan konflik, permusuhan, pertengkaran, perkelahian, perang antar kelompok bahkan lebih berbahaya lagi perang antar negara.

Perang akan menimbulkan dendam, rasa kebencian yang berkobar-kobar sehingga mengakibatkan kehancuran, kemunduran peradaban, dan bencana kemanusiaan yang diciptakan sendiri oleh pemimpin negara, karena diliputi ego kebodohan dan kegelapan batin, tidak bisa membedakan kebaikan dan keburukan.

Para pemimpin negara adalah manusia hebat dan unggul yang terpilih untuk memimpin masyarakatnya agar hidup tenteram dan damai. Tetapi jika para pemimpin negara tidak dapat mengalahkan pikiran jahat, serakah, emosi, benci, dan ego yang muncul di dalam dirinya sendiri, inilah sebab awal terjadinya peperangan antar negara saat ini yang membawa bencana bagi kehidupan di dunia.

Perang dapat berhenti jika para pemimpin negara mampu mengalahkan keserakahan, kebencian dan ego, yang ada di dalam diri mereka sendiri.

Semoga para pemimpin negara yang terlibat peperangan dapat segera sadar bahwa kebencian tidak akan berakhir apabila dibalas dengan kebencian, kebencian akan berakhir bila dibalas dengan tidak membenci.

Penulis sangat yakin bahwa semua umat manusia di dunia ini memiliki harapan yang sama, yaitu dunia yang damai, tenteram, bebas dari peperangan. Mulai saat ini kita semua juga bisa berkontribusi dengan mengurangi gejolak rasa tidak senang, ego, rasa marah, dendam dan rasa benci yang muncul agar tidak berkobar-kobar di dalam diri kita, yaitu dengan cara mengembangkan cinta kasih, kasih sayang, simpati dan rasa damai dalam hati. Cinta kasih, kasih sayang, simpati dan rasa damai dalam hati yang muncul dalam diri kita, bisa kita pancarkan kepada keluarga, teman, tetangga, dan masyarakat sekitar sehingga mengkondisikan terciptanya ketenteraman, kedamaian bagi dunia.

Mettacitena.

**

Jakarta, 20 April 2024
Penulis: Rusli Widjaya, Kompasianer Mettasik

"Sadar Setiap Saat, Saat Ini Sedang Apa"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun