Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas U23, Debutan Penakluk Raksasa

26 April 2024   12:44 Diperbarui: 26 April 2024   14:16 746
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadhan Sananta dan para pemain Garuda Muda merayakan kemenangan di duel perempat final Piala Asia U23 2024 timnas U23 Indonesia vs Korea Selatan di Stadion Abdullah bin Khalifa, Doha, Qatar, Kamis (25/4/2024).(DOK PSSI via Kompas.com)

Datang sebagai tim debutan, tapi menjelma jadi tim pembunuh raksasa. Begitulah gambaran sederhana kiprah Timnas U23 di Piala AFC U23 2024.

Seperti diketahui, Tim Garuda Muda datang ke Qatar sebagai tim debutan, dan langsung tergabung bersama Australia, tuan rumah Qatar, dan Jordania. Sebuah grup yang bisa dibilang "grup neraka".

Apalagi, Timnas U23 sebenarnya hampir saja dipaksa tampil dengan materi pemain seadanya. Beruntung, Nathan Tjoe-A-On dan Justin Hubner bisa bergabung di saat terakhir, begitu juga dengan Marselino Ferdinan.

Biasanya, situasi seperti ini sudah cukup untuk membuat tim "kena mental" sebelum bertanding, dan itu sudah sering terjadi. Australia merupakan satu kekuatan di Asia, sementara Qatar dan Yordania sama-sama sedang berkembang pesat di Asia.

Witan Sulaeman dkk bahkan langsung kena pukulan telak, ketika dipaksa takluk 0-2 oleh Qatar di laga perdana. Meski secara permainan mampu mengimbangi, mereka masih kecolongan oleh strategi nakal alias "furbizia" ala Qatar.

Tapi, kekalahan itu justru menjadi satu titik balik, karena di pertandingan berikutnya, Timnas U23 mampu menyapu bersih kemenangan, dengan membekuk Australia 1-0 dan menghajar Jordania 4-1.

Selain tangguh secara mental, tim ini juga cukup kompak dan mulai mampu bermain taktis. Ketahanan fisiknya pun sangat oke. Di sini, publik sepak bola nasional akhirnya menemukan, kenapa pelatih Shin Tae-yong menggeber latihan fisik sangat intens, pada awal masa tugasnya.

Begitu juga dengan kebijakan PSSI yang belakangan rajin mencari pemain diaspora Indonesia di luar negeri, dengan kriteria sesuai rekomendasi pelatih.

Tak heran, Korea Selatan yang sejak tahun 1988 rutin tampil di cabang olahraga sepak bola Olimpiade, mewakili Asia, mampu dibuat repot. Sepasang gol Rafael Struick mampu mengejutkan Lee Young-jun dkk dan membuat skor imbang 2-2 bertahan sampai 120 menit plus injury time usai

Faktor keberadaan pelatih STY, yang memang pernah lama bermain dan melatih di Timnas Korea Selatan, memang punya andil cukup krusial, tapi kemampuan sang pelatih untuk membuat tim bermain lepas juga tak kalah menentukan.

Entah apa kalimat atau petuah yang diucapkan eks pelatih Timnas Korea Selatan ini. Yang jelas, sejak kekalahan 0-2 atas Qatar, Timnas U23 seperti memperlakukan setiap pertandingan layaknya partai final.

Alhasil, Timnas U23 justru berkembang ke arah yang tak terbayangkan sebelumnya. Kemenangan 2-2 (11-10) atas Korea Selatan di babak adu penalti memastikan debut Garuda di Piala Asia U23 menjadi satu debut dengan capaian bersejarah.

Bonusnya, kesempatan tampil di Olimpiade 2024 cukup terbuka. Dengan minimal meraih juara ketiga, tiket ke Paris sudah di tangan. Kalaupun gagal, masih ada kesempatan di partai play-off Asia-Afrika melawan Guinea.

Capaian ini menjadi satu lompatan besar, buat tim yang selama bertahun-tahun lebih suka memprioritaskan medali di level Asia Tenggara, dan terbuai dalam cerita nostalgia masa lalu, yang sebenarnya banyak diwarnai kisah patah hati.

Kesempatan tampil di Olimpiade 2024, yang didahului dengan penampilan di fase gugur Piala Asia 2023, progres di Kualifikasi Piala Dunia 2026, plus kesempatan lolos ke Piala Asia 2027, menjadi satu rangkaian kisah yang mungkin tidak akan pernah ada, andai PSSI dan pihak-pihak terkait masih mendewakan Piala AFF dan SEA Games.

Terlepas dari kekurangan yang masih ada, sinergi antara pelatih Shin Tae-yong dan PSSI (yang terlibat lebih waras di era Erick Thohir) menunjukkan, bagaimana seharusnya Timnas Indonesia berjalan.

Sudah bukan waktunya lagi membahas potensi yang masih berupa omong kosong, karena potensi nyata berupa pemain diaspora dan latihan intensif terbukti menghasilkan.

Meski belum membuahkan trofi juara, ada progres yang bisa menjadi dasar menuju ke sana. Untuk saat ini, setidaknya kita bisa menikmati aksi Tim Garuda di lapangan hijau, bukan hanya pada saat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang sebelum kick off.

Soal bagaimana perjalanan Tim Merah Putih di Piala Asia U23 setelah ini, kita hanya perlu menikmati tanpa terlalu berharap, karena mereka sudah mencapai level yang sebelumnya bahkan tiak pernah dicapai.

Mereka sudah membuat kita semua mulai berani bermimpi, dan itu adalah hadiah terbaik yang bisa diberikan. Apapun hasil akhir perjalanan Timnas U23 di Qatar, mereka sudah sukses besar menjalankan peran sebagai tim "pembunuh raksasa". Sebuah kisah epik yang akan diingat untuk waktu sangat lama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun