Mohon tunggu...
Yose Revela
Yose Revela Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance

YNWA. Wonosobo, 14 Juli 1992 yoserevela@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Timnas U-23 dan Level Kesulitan yang "Naik Kelas"

17 April 2024   04:29 Diperbarui: 18 April 2024   01:55 958
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Timnas U23 Indonesia berfoto bersama saat melawan Qatar dalam fase Grup A Piala Asia U23 2024 yang berlangsung di Stadion Jassim Bin Hamad. (Dok PSSI via Kompas.com)

Di level senior, masalah ini terlihat saat Timnas Indonesia takluk 1-3 dari Irak dan Jepang, juga saat takluk 0-4 dari Australia. Kekalahan 1-5 atas Irak di Kualifikasi Piala Dunia 2026 juga memperlihatkan masalah serupa.

Di level U-23, masalah ini juga masih terlihat, saat Witan Sulaeman dkk takluk 0-2 dari Qatar. Terlepas dari masalah kualitas kepemimpinan wasit, permainan "tricky" Qatar mampu menghasilkan masalah dan kesulitan tersendiri.

Selain gol-gol yang berasal dari tendangan penalti dan tendangan bebas, kartu merah yang didapat Ivar Jenner dan Ramadhan Sananta membuktikan, Qatar punya strategi "furbizia" (seni berbuat licik) ala Italia, sebagai rencana B. Khususnya saat rencana taktik yang "bersih" macet.

Taktik "nakal" ini adalah satu fenomena umum di sepak bola, yang biasanya dipakai untuk merusak momentum atau memprovokasi lawan supaya kehilangan fokus.

Pada laga melawan Timnas U-23, Qatar memanfaatkan betul strategi ini, termasuk dalam hal memperlambat tempo permainan lewat aksi "pura-pura cedera parah" dari beberapa pemain, saat Timnas U-23 dalam situasi menyerang.

Inilah masalah sekaligus PR yang belum beres, dan harus diwaspadai di Piala Asia U-23. Kebetulan, setelah "dikadali" Qatar, Australia dan Yordania sudah menunggu di pertandingan berikutnya.

Jadi, daripada hanya berlarut-larut memikirkan kinerja wasit dan previlese Qatar sebagai tuan rumah Piala Asia U-23, akan lebih baik kalau kekalahan melawan tim asuhan Ilidio Vale (Portugal) ini dijadikan evaluasi, supaya tim bisa bermain taktis sekaligus cerdik (bahkan licik jika dibutuhkan) tanpa lupa untuk tetap sportif.

Inilah level kesulitan berikutnya buat Timnas Indonesia secara umum, setelah masalah stamina bisa diatasi. Boleh dibilang, level kesulitan Timnas Indonesia sudah naik kelas bersama Shin Tae-yong, karena sudah mampu memaksa tim lawan menerapkan strategi "furbizia".

Soal situasi "bangkit setelah tumbang" Timnas U-23 bisa mengambil inspirasi dari aksi "comeback" Borussia Dortmund dan PSG saat mendepak Atletico Madrid dan Barcelona di perempatfinal Liga Champions 2023-2024, Rabu (17/4, dinihari WIB).

Mereka sama-sama sukses mengalahkan tim jagoan Liga Spanyol yang cenderung taktis, dan terkadang "tricky", karena sudah belajar betul dari kekalahan di leg pertama.

Alih-alih mengikuti alur dan termakan jebakan taktik lawan, Dortmund dan PSG sama-sama merusak rencana taktik tim lawan dan mendikte situasi untuk meraih kemenangan. Saat muncul situasi tak terduga, mereka sama-sama tetap kalem dan mampu mengepak tiket ke semifinal Liga Champions.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun