Mohon tunggu...
Syahiduz Zaman
Syahiduz Zaman Mohon Tunggu... Dosen - UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Penyuka permainan bahasa, logika dan berpikir lateral, seorang dosen dan peneliti, pemerhati masalah-masalah pendidikan, juga pengamat politik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nasihat Ayah

20 April 2024   05:32 Diperbarui: 20 April 2024   05:36 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi mobil mogok. (Freepik/jcomp)

"Tuh kan, baiknya selalu dengarkan nasihat ayah," kata Nabil sambil mengemudikan mobilnya, meninggalkan jalanan yang sepi di belakang mereka.

Sarah mengangguk, "Iya, pelajaran berharga malam ini. Dan aku untung banget punya teman seperti kamu, Bil."

Kedua sahabat itu tertawa lagi, menembus kesunyian malam dengan canda tawa mereka, meninggalkan kekhawatiran di belakang sambil menuju ke hangatnya rumah.

***

Perjalanan ke rumah Sarah terasa lebih cepat dari yang mereka duga. Jalanan yang sepi membuat mobil biru Nabil melaju lancar, sementara mereka terus berbincang dan tertawa, mengusir ketegangan yang sempat muncul malam itu.

"Jadi, cerita dong, Sarah, gimana bisa mobil kamu mogok begitu saja di tengah jalan?" tanya Nabil, rasa penasarannya muncul di antara tawa mereka.

Sarah menghela nafas, "Sebenarnya sih, ini salahku juga. Aku sering lupa cek kondisi mobil. Ayah selalu ingatkan untuk servis rutin, tapi aku ya gitu deh, selalu sibuk, selalu tunda."

Nabil mengangguk, "Aku tahu, kamu kan manajer proyek itu. Kerjaanmu memang nggak pernah sepi."

"Susah juga ya, Bil, kita ini wanita karir di kota besar, dituntut untuk bisa segalanya. Kadang aku merasa terlalu lelah untuk urusan yang seharusnya simpel," Sarah berbicara lebih serius, refleksi dari pengalaman malam itu membuatnya berpikir.

"Betul, tapi kamu nggak sendiri kok. Kita semua ada di sini satu sama lain," sahut Nabil dengan nada menguatkan.

"Benar juga. Eh, tapi serius deh, Bil, terima kasih banyak ya sudah jemput aku. Aku tadi benar-benar takut, loh. Bayangin aja, di jalan gelap, sendirian. Itu kayak di film-film horror."

Mereka berdua tertawa lagi, tapi kali ini dengan rasa syukur yang lebih mendalam. "Kamu ini, bisa aja bikin situasi tegang jadi lucu. Tapi, serius, lain kali kalau malam gini dan kamu lembur, mendingan pakai taksi online aja deh. Aman dan nggak perlu khawatir mogok di tengah jalan," sarannya Nabil.

Sarah mengangguk, "Iya, nasehat yang bagus. Nggak mau lagi deh aku mengalami seperti malam ini. Bisa trauma aku."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun