Mohon tunggu...
Seno Rocky Pusop
Seno Rocky Pusop Mohon Tunggu... Penulis - @rockyjr.official17

सेनो आर पूसॉप जूनियर

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Miskin di Tanah Surga, Kaya di Tanah Padi

19 April 2024   14:18 Diperbarui: 19 April 2024   14:59 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar. Ilustrasi Kaya dan Miskin (papuapos.com)

Ada yang menarik dari cerita ini yang ingin aku bagikan. Aku menghadiri kegiatan Launching Buku dan Bedah Buku, Senin 9 Oktober 2023 di Aula Lantai 3 Grha Oikumene Kantor PGI Jakarta Pusat. Buku ini merupakan sebuah karya pemikiran Th. Sumartana tentang kebebasan beragama dan berkeyakinan dengan judul "Demokrasi Indonesia: Persimpangan Antara Pluralisme Agama dan Politik Negara" yang ditulis oleh Viktor Rimbeth.

Berbagai narasumber diundang dalam kegiatan tersebut, salah satunya yang diundang adalah Sekretaris Pengurus Pusat Muhammadiyah Prof. Dr. Abdul Mu'ti. Dalam pemaparannya, ada sebuah ungkapan yang paling berkesan bagi aku ketika beliau mengatakan "Miskin di tempat lain lebih bermartabat, daripada miskin di tempat sendiri, karena itu menjadi tantangan yang harus selalu kita perjuangkan". Aku seolah mendapat inspirasi dari idiom ini untuk bisa mengartikulasikan kata-katanya.

Aku mencatat dengan cermat dalam sebuah memo ponsel, kemudian aku mencoba merefleksikan dan memahami pemikiran-pemikiran tersebut dan mengkorelasikannya dengan dinamika kehidupan Sweetland.

Bukan mustahil hal ini menjadi suatu misteri, karena kita tidak bisa serta merta menyimpulkan bahwa miskin dan kaya sebagai nasib atau takdir. Gagasan ini sering kali tumpang tindih dan mempunyai dampak perbedaan yang mencolok.

Hidup ini sangat menarik dan menantang, ada pepatah Melayu yang bisa membuat kita berpikir lebih keras "Dari pada hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan batu di negeri sendiri", artinya sebahagia apapun hidup di tanah orang, masih lebih bahagia hidup di tanah sendiri. Pepatah ini sangat kontras dengan dinamika dan realitas kehidupan Sweetland.

Pepatah Melayu tersebut seolah menjustifikasi kemiskinan di tanah surga. Kemiskinan yang terjadi secara artifisial, dimana kehidupan manusia di bumi Cenderawasih dimiskinkan dan termiskinkan. Hujan emas dari tanah surga selalu mengairi tanah padi. Realitas ini sangat menyebalkan dan membuat Sweetland terhina, lemah, melarat dan termarginal.

Hujan batu bagi Sweetland adalah simbol penghinaan dan ketidakberhargaan. Ironisnya, justru kekayaan tanah surga digali demi memperkaya tanah padi. Yang terjadi dan bertahan sepanjang sejarah umat manusia adalah kelaparan batu di tanah surga dan kenyang emas di tanah padi. Sayangnya, orang menarasikan dan menafsirkan kehidupan Sweetland dengan kesesatan berpikir (logical fallacy) yang tidak valid dan tidak relevan.

Kemiskinan merupakan aib terbesar di tanah surga akibat perbuatan manusia yang menyimpang. Pemicu kemiskinan di tanah surga bukan hanya kekayaan alamnya saja, namun juga faktor ekonomi, kondisi struktural dan sosial politik, serta kondisi kultural yang direkayasa dan dimanipulasi untuk meningkatkan kesejahteraan kelompok tertentu dan menurunkan taraf hidup orang pribumi. Sweetland dihiasi dengan integritas yang tidak saleh dan tidak terhormat. Alangkah mengenaskannya, tanah padi dikayakan dan terkayakan, dan menyerah pada keserakahan dan kebodohannya.

Apa yang terjadi di tanah surga adalah potret kehidupan di bumi Cenderawasih, yang miskin dan termiskinkan. Kelak tentu akan menginspirasi banyak orang diluar sana yang mungkin belum pernah merasakan hidup di tanah surga agar lebih tangguh menghadapi segala hal.

Meskipun kita tidak punya banyak hal dan tumbuh besar di tanah surga yang jarang bahagia. Niscayalah kita bisa mengubah Sweetland menjadi lebih baik. Realitas ini juga akan membuat orang lebih berani, percaya diri, dan penuh kasih sayang untuk terus belajar dan menata kehidupan yang berkelanjutan.

Karena menjadi miskin atau kaya bukanlah takdir, melainkan nasib, dan nasib tersebut bisa berubah, tergantung orang itu sendiri. Apakah orang tersebut menjadi miskin atau kaya? Sebab perkara takdir bukanlah sesuatu yang perlu diperdebatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun