Mohon tunggu...
Krisanti_Kazan
Krisanti_Kazan Mohon Tunggu... Guru - Learning facilitator in SMA Sugar Group

Mencoba membuat jejak digital yang bermanfaat dan bercita² menghasilkan karya buku solo melalui penerbit mayor. (Learning facilitator di Sugar Group Schools sejak 2009, SMA Lazuardi 2000-2008; Guru Penggerak Angkatan 5; Pembicara Kelas Kemerdekaan di Temu Pendidik Nusantara ke 9; Pemenang Terbaik Kategori Guru Inovatif SMA Tingkat Provinsi-Apresiasi GTK HGN 2023; Menulis Buku Antologi "Belajar Berkarya dan Berbagi"; Buku Antologi "Pelita Kegelapan"; Menulis di kolom Kompas.com; Juara II Lomba Opini Menyikapi Urbanisasi ke Jakarta Setelah Lebaran yang diselenggarakan Komunitas Kompasianer Jakarta)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak Bukan "Tabula Rasa", Konsep Pendidikan yang Memerdekakan

25 April 2024   08:05 Diperbarui: 27 April 2024   17:00 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak yang tengah belajar mewarnai. (Sumber: Shutterstock via kompas.com)

Menurut Ki Hajar Dewantara, anak-anak tumbuh berdasarkan kekuatan kodratnya yang unik. Seperti filosofi padi, tidak mungkin pendidik mengubah padi menjadi jagung atau sebaliknya. 

Mendidik tidak hanya berbentuk pengajaran yang memberikan pengetahuan kepada murid tetapi juga mendidik keterampilan berpikir, mengembangkan kecerdasarn batin. 

Pendidikan pikiran (intelektual) murid sebaiknya dibangun setinggi-tingginya, seluas-luasnya dan selebar-lebarnya untuk mewujudkan perikehidupan lahir dan batin dengan baik-baiknya. 

Setiap murid memiliki kekuatan-kekuatan yang memerlukan “tuntutan” orang dewasa. Jadi guru berperan menebalkan potensi baiknya dan menipiskan/menghapus potensi buruknya. 

Kesimpulannya, dalam konsep pendidikan yang memerdekakan menurut filosofi Ki Hajar Dewantara, anak bukanlah "tabula rasa" yang pasif, tetapi individu yang aktif, berpotensi, dan memiliki warisan budaya yang kaya. 

Melalui penghormatan terhadap keunikan setiap anak dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada pengalaman dan interaksi, pendidikan dapat menjadi sarana untuk membebaskan potensi anak dan membangun masyarakat yang inklusif dan berkelanjutan.

Oleh: Krisanti_kazan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun