Yang ditanya ternyata juga gatal menjawab dan juga balik bertanya. "Rp100 ribu. Ada apa?" tulis wanita itu. Lalu pembicaraan mengalir sedemikan kencang. Sedemikian tak terbendung. Kemudian perjumpaan yang dinilai mengecewakan itu kembali mereka ulangi.
Kau tahu, adegan setelah perjumpaan itu adalah kekecewaan lagi, dan lagi. Kemudian mereka kembali berjanji tak akan mengulangi. Mereka sembab keluar dari petak ruang itu.
Dua tiga hari tak ada pesan di HP. Tapi si wanita gatal bertanya. Si lelaki menjawab dan balik bertanya. Selalu seperti itu dan tak terbendung. Mereka mengulangi lagi tak bisa membendung lagi, lalu sedih lagi.
Entah sudah berapa kali hal itu terjadi. Aku juga tak tahu.
Sampai kemudian kekecewaan atas ketidakmampuan membendung diri itu meledak. Si wanita pulang setelah main api. Dia sangat merasa bersalah dan kecewa luar biasa. Sampai di rumah dia mendatangi suaminya yang sedan terpulas tidur siang.
Wanita itu menangis sejadi-jadinya. Menangis sejadi-jadinya memeluk suaminya dengan sangat erat. Suaminya bingung ada apa. Dua anaknya yang masih kecil juga melihat bingung ada apa dengan ibunya.
Wanita itu meraung-raung tak bisa membendung, memeluk erat suaminya dan merasa sangat bersalah.
"Ada apa?" kata si suami.
Yang ditanya hanya meraung-raung tak berhenti dan terus memeluk erat. Dua anak kecilnya hanya memperlihatkan kepala di balik daun pintu.
Si suami menatapkan mata dengan mata sang istri. Tapi raungan itu sangat sulit dibendung. Hanya kebingungan meronta dalam dada. Merasa sangat bersalah dan tak bisa menjelaskannya.
**