Mohon tunggu...
Heru Wahyudi
Heru Wahyudi Mohon Tunggu... Dosen - Lecture

Musafir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Seragam Sekolah, Beban Orangtua atau Simbol Kesetaraan?

20 April 2024   21:47 Diperbarui: 23 April 2024   01:39 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa SD, menggunakan seragam sekolah saat upacara. (Shutterstock via kompas.com)

Ironisnya, anggapan bahwa seragam dapat meningkatkan prestasi belajar masih diselimuti keraguan. Berbagai studi menunjukkan hasil yang beragam dan tidak meyakinkan. Tidak ada bukti kuat yang secara konsisten menunjukkan korelasi positif antara seragam dan performa akademik siswa.

Di sisi lain, potensi diskriminasi juga mengintai di balik seragam. Seragam tertentu, seperti jilbab, bisa menjadi pemicu stigma dan pelanggaran hak asasi manusia. 

Siswa yang mengenakan seragam tersebut berisiko mengalami perundungan, pelecehan, bahkan pelarangan untuk mengikuti kegiatan sekolah. 

Hal ini tentu menimbulkan rasa tidak nyaman dan termarginalisasi, bertentangan dengan prinsip kesetaraan dan inklusi yang seharusnya dijunjung tinggi di lingkungan pendidikan.

Seragam Sekolah: Antara Keteraturan dan Ekspresi Diri

Seragam sekolah telah lama menjadi elemen integral dalam dunia pendidikan, melambangkan identitas dan disiplin para pelajar. Kendati, di era informasi, muncul perdebatan mengenai efektivitas dan urgensinya dalam menunjang proses belajar mengajar.

Penerapan seragam sekolah yang kaku, meskipun bertujuan untuk menciptakan kesetaraan dan disiplin, dapat membawa dampak negatif yang perlu dipertimbangkan dengan cermat.

Pertama, seragam dapat membatasi ruang bagi siswa untuk mengekspresikan diri dan mengembangkan identitas personal mereka. Kreativitas dan individualitas merupakan aspek penting dalam perkembangan remaja. Seragam yang sama dapat menekan potensi ini dan membuat siswa merasa tertekan untuk mengikuti standar yang kaku.

Kedua, seragam berpotensi menjadi alat diskriminasi dan stigma sosial. Siswa yang memiliki latar belakang ekonomi atau budaya yang berbeda mungkin merasa didiskriminasi karena seragam yang tidak sesuai dengan identitas mereka. Hal ini dapat memperparah kesenjangan sosial dan menghambat rasa inklusivitas di lingkungan sekolah.

Ketiga, biaya seragam yang mahal dapat menjadi beban finansial bagi keluarga kurang mampu. Hal ini dapat menimbulkan kesenjangan sosial di antara siswa dan memperkuat stigma terhadap mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Keempat, seragam yang tidak dirancang dengan baik dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi siswa. Hal ini dapat mengganggu proses belajar mengajar dan bahkan berakibat pada kesehatan fisik dan mental siswa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun