Mohon tunggu...
Gregorius Aditya
Gregorius Aditya Mohon Tunggu... Konsultan - Brand Agency Owner

Seorang pebisnis di bidang konsultan bisnis dan pemilik studio Branding bernama Vajramaya Studio di Surabaya serta Mahasiswa S2 jurusan Technomarketing Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS). Saat ini aktif mengembangkan beberapa IP untuk bidang animasi dan fashion. Penghobi traveling dan fotografi Landscape

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Artikel Utama

Memanfaatkan Marketing Mix sebagai "Senjata" Pemasaran

19 April 2024   06:05 Diperbarui: 19 April 2024   09:59 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilsutrasi strategi marketing. Sumber: KOMPAS.com

Bagi banyak pemilik usaha kecil, pemasaran bisa terasa seperti misteri yang membingungkan dan juga sekaligus barang yang mahal. Di lapangan, perusahaan-perusahaan besar tampaknya lebih memiliki sumber daya yang tiada habisnya untuk melakukan periklanan, sementara usaha kecil sering kali kesulitan untuk dilihat atau didengar. Namun, ada alat ampuh yang bisa mereka gunakan untuk menyamakan kedudukan: bauran pemasaran atau disebut juga "marketing mix".

Marketing Mix atau bauran pemasaran adalah sebuah konsep yang menurut Kemenkop UKM dicetuskan oleh Neil Borden yang terinspirasi dari James Cullington pada pertengahan abad 20. Bauran pemasaran ini mengacu pada kerangka kerja (framework) yang membantu sebuah bisnis untuk mengembangkan dan melaksanakan rencana pemasaran strategis. 

Secara tradisional, framework ini dipecah menjadi variabel-variable yang dikenal dengan “4P”: Produk (Product), Harga (Price), Penempatan (Place), dan Promosi (Promotion). Keempat elemen ini dapat diibaratkan sebagai material perang yang bisa kita pakai dalam rangka "memenangkan persaingan". Dengan mempertimbangkan setiap elemen ini secara cermat, sebuah usaha kecil pun dapat menyusun strategi pemasaran yang berdampak, sesuai dengan target audiens dan mencapai tujuan pertumbuhan mereka.

Ilustrasi tentang perencanaan pemasaran. Sumber: thedarl.com
Ilustrasi tentang perencanaan pemasaran. Sumber: thedarl.com

Bagaimana pemanfaatan Marketing Mix ini terutama di lapangan? Haruskah produk dijual dengan semurah mungkin? Apakah tempat menjual produk harus dibangun di tempat yang begitu mahal dan serba nyaman? Di sinilah pentingnya bagaimana seorang pemilik bisnis perlu mengenal lebih mendalam bagaimana variabel-variabel ini dapat digunakan sebagai "senjata perang" dalam bisnis.

1. Pemahaman Produk Sebagai Langkah Awal Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran yang sukses  pertama-tama dimulai dengan pemahaman mendalam tentang apa yang kita tawarkan. Bagaimana usaha kita memiliki produk ini lebih dari sekedar masalah fitur dan manfaat. Ini tentang memahami bagaimana produk kita dapat memecahkan masalah spesifik untuk pelanggan ideal kita. Apakah produk ini bersifat musiman? Apakah produk ini dapat diganti dengan produk lain? Bagaimana produk ini dapat dijual dalam kondisi tertentu? 

Pertanyaan-pertanyaan semacam ini adalah sebuah komponen penyusun dari nilai proposisi dari usaha yang kita tawarkan. Nilai proposisi ini dapat dikatakan sebagai ungkapan pengajuan mengapa produk kita ini ada dan bagaimana ia memberi manfaat bagi pelanggan kita. Ini adalah bagian dari nilai jual produk yang membedakan diri dari kompetitor kita. Dengan berfokus pada nilai proposisi yang hendak ditawarkan, sebuah usaha kecil pun dapat menyesuaikan pesan pemasaran mereka agar benar-benar terhubung dengan target pasar mereka.

Ilustrasi tentang rencana pemasaran. Sumber: cloudeka.id
Ilustrasi tentang rencana pemasaran. Sumber: cloudeka.id

Meskipun seringkali harga merupakan pertimbangan utama dari seorang pelanggan, namun di lapangan hal tersebut bukan satu-satunya faktor. Dapat terjadi kondisi dimana banyak orang rela membeli produk sama namun yang lebih mahal demi sebuah manfaat. Hal ini bisa berupa kualitas yang lebih unggul, layanan pelanggan yang luar biasa entah dalam kepraktisannya atau kenyamanannya, atau malah fokus pada nilai-nilai keberlanjutan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun