Mohon tunggu...
Edmu YulfizarAbdan
Edmu YulfizarAbdan Mohon Tunggu... Guru - Guru Pemula

Penulis Buku Pengabdian Literasi Sang Guru (2023) | Menggapai Cahaya Ramadhan dengan Tadarus Pendidikan (2023) | Guru Pembelajaran Sepanjang hayat (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023) | Antologi Dibalik Ruang Kelas (2024) | Guru SMA |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun dari Kegelisahan: Menilik Perjuangan Guru Penggerak di Tengah Badai Kritik dan Cibiran

20 April 2024   21:36 Diperbarui: 20 April 2024   21:37 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tentunya kita harus mengapresiasi perjuangan guru penggerak yang tergerak untuk mengikuti seleksi tersebut. Entah apapun motivasinya, namun faktanya mereka rela memprioritaskan diri untuk mengembangkan kemampuannya. Menurut penulis seluruh teori yang dirancang dan diajarkan kepada guru penggerak itu terlihat sangat bagus, namun tantangan berikutnya bagi guru penggerak adalah bagaimana ia dapat mengaplikasikan modul tersebut kepada lingkungan sekolahnya.

Menghapus Stigma Negatif Guru Penggerak

Kepala BGP (Balai Guru Penggerak) Provinsi Kalimantan Selatan Bapak Dr. Abdul Kamil Marisi mengatakan pada sambutannya tadi pagi bahwa guru penggerak adalah kopassusnya guru, harus siap ditempatkan di posisi apa dan dimana saja. Apakah siap calon guru penggerak suatu saat diletakkan di ujung kabupaten Tapin ? Tergantung dari motivasi awal mereka ketika mendaftar program ini. Namun seyogyanya guru penggerak sejati adalah mampu memberikan manfaat kepada sekitar apapun jabatannya, dan dimanapun tempatnya. Jika mental ini yang dimiliki oleh guru penggerak maka minimal akan menghapus stigma sombong dari guru penggerak tersebut. Sebagaimana ilmu padi semakin tinggi maka semakin merunduk, fokusnya hanyalah memberikan manfaat sebisa yang ia miliki. 

Di satu sisi sungguh manusiawi orang berat hati untuk ditaruh ditempat yang sangat terpencil. Namun demi tercapainya pemerataan kualitas pendidikan maka mental rela berkorban harus dimiliki terkhusus bagi guru penggerak. Pemerintah pun harus memberikan fasilitas yang sangat memadai agar membuat guru yang ditugaskan untuk membangun tersebut nyaman dan aman serta menjamin kelangsungan hidup dari keluarga tersebut baik dari sisi pendidikan, ekonomi, pendampingan, dan lain-lain . Hal ini agar menghindari stigma bahwa guru penggerak tersebut hebatnya hanya di depan laptop saja.

Bapak Kepala BGP juga menyampaikan bahwa guru adalah coach, sahabat para murid. Oleh karena itu idealnya guru penggerak dapat menjadi pioner di lingkungan pembelajarannya untuk mengaplikasikan hal ini. Tentunya harus banyak membaca referensi mengenai menjadi sahabat murid ini karena tidak hal tersebut tidak segampang yang diucapkan. Namun inti dari sahabat para murid menurut penulis adalah selalu melakukan komunikasi dengan membiasakan dialog dua arah. Karena sebagaimana perkataan Bapak Pj Bupati Tapin juga tadi pagi Bapak Syarifuddin M.Pd bahwa tantangan guru sekarang adalah penggunaan media sosial dikalangan murid, yang lebih menjadi sahabat mereka ketimbang guru dan orangtuanya. Oleh karena itu makna tergerak, bergerak, dan menggerakan harus dimiliki oleh guru penggerak tersebut untuk melakukan berbagai upaya untuk mengatasi setiap permasalahan dan menemukan solusi termasuk hal yang disebutkan.

Bapak Pj Bupati juga mengingatkan agar guru penggerak jangan lebih aktif untuk mengimbaskan pengetahuan dan keterampilan selama program guru penggerak kepada sekolah lain sebelum sudah maksimal dilaksanakan di sekolahnya sendiri. Setelah hal tersebut dilaksanakan disekolah sendiri, lakukan evaluasi, jika efektif maka silahkan untuk menyebarkan ke sekolah lain. Hal ini tentunya untuk menghapuskan stigma guru penggerak yang jarang bahkan tidak hadir didalam kelas yang diampunya.

Oleh karena itu bapak Pj Bupati berpesan kepada seluruh kepala sekolah dan pengawas Kabupaten Tapin agar memanfaatkan ilmu yang diperoleh mereka dari program guru penggerak. Posisikan mereka pada tempatnya, gunakan saran baiknya, jangan sampai mereka tidak ada yang dikerjakan di sekolahnya untuk membangun budaya pembelajaran dan asyik wara wiri di sekolah lainnya atau mengisi pelatihan saja hingga meninggalkan kelasnya.

Mental Penunjang Guru

Mental kolaborasi harus dimiliki oleh setiap guru baik yang sudah lulus dalam guru penggerak maupun guru yang belum mengikuti program tersebut. Perubahan yang nyata pasti dimulai dari gurunya. Jika guru dapat menghilangkan kasta-kasta baik guru honorer dengan guru PNS, guru penggerak dengan guru non penggerak, guru PPPK dengan guru PNS, guru sertifikasi dengan guru belum sertifikasi maka ekosistem pendidikan kita akan membaik kedepannya. Di luar negeri menurut Bapak Charismaji tidak ada pengkotak-kotakan tersebut, namanya guru ya guru dengan keprofesionalannya. Oleh karena itu kolaborasi menjadi langkah utama untuk bersama-sama membangun budaya lingkungan pembelajaran sekolahnya. 

Tentunya didalam kolaborasi harus dijunjung tinggi nilai empati agar berjalan dengan maksimal. Kolaborasi ini merupakan tangga utama bagi guru penggerak untuk menghilangkan stigma sok pintar atau pintar sendiri. Adapun guru yang belum mengikuti program ini maka utamakan empati, ajak duduk bersama, jangan sampai membuat geng didalam sekolah yang justru tidak produktif. 

Semua guru harus memiliki mental menerima dengan lapang dada segala kritikan dan masukan. Tidak diperbolehkan untuk malah menyerang personal guru tersebut. Bagi yang menerima kritikan tersebut pun tidak boleh tendesius dan membenci guru tersebut, namun sebagai langkah untuk menjadi lebih baik kedepannya demi kemajuan membangun budaya lingkungan pembelajaran yang bermakna. Bukankah kita  mengetahui bahwa dalam Islam diajarkan untuk muhasabah/ refleksi diri dan tabayyun/ klarifikasi. Lihat dari segala sudut pandang lalu temukan solusi atas masalah tersebut.

Kesimpulan

Pada akhirnya membudayakan lingkungan yang kolaborasi, penuh dialog, selalu muhasabah, dan tabayyun merupakan usaha yang harus dicapai oleh semua guru sembari pemerintah terus memperbaiki sistem dalam meningkatkan kompetensi guru di Indonesia tercinta ini. Penulis berharap agar guru penggerak untuk menuliskan segala opininya agar terjalin sikap saling memahami. Tentunya opini yang produktif. Bahkan bila perlu banyak buku yang dicetakkan oleh guru penggerak kedepannya yang berjejer di toko buku terkenal di Indonesia.

Selalu semangat seluruh guru, dimanapun kita berada pasti terdapat masalah. Masalah tersebut jika dipandang dari sudut pandang ujian maka, apapun masalahnya yakinlah Allah akan mengangkat derajat kita. Namun jika masalah tersebut dipandang sebagai musibah atau beban maka itulah yang akan membunuh karakter kita sedikit demi sedikit. Penulis pun teringat akan nasehat dari guru penulis di Surabaya yakni KH. Imam Chambali bahwa terdapat tiga password kehidupan, jika password ini digunakan maka hidup akan tentram dan berkah, apakah tiga hal itu ?

  • Jangan pernah membenci siapapun, siapatahu yang kita benci suatu saat kita butuhkan.
  • Jangan gampang mencela orang, siapa tahu yang kita cela ternyata kekasihnya Allah.
  • Jangan gampang sakit hati hanya karena dizalimi orang lain, siapa tahu dengan cara itu Allah mengangkat derajat kita.

Semangat untuk seluruh guru hebat di Indonesia. Mari kita cetak generasi emas yang puncaknya terwujud pada 2045,salam bahagia !

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun