Mohon tunggu...
Riduannor
Riduannor Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Citizen Journalism

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Guru Penggerak, Kok Di-bully?

19 April 2024   08:44 Diperbarui: 19 April 2024   09:03 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi beberapa guru sedang berdiskusi diolah menggunakan Ai Bing (Dokumentasi Pribadi)

"Baik, Pak Ketua, hahaha." gelak gita, menanggapi jawaban mas Hidayat, yang merupakan Ketua Komunitas Guru penggerak di semua angkatan.

Tertawa Gita, diikuti yang lainnya, memecahkan suasana tegang dan serius diantara mereka. Begitulah cara mereka memecahkan masalah, mencari jalan keluar bila ada masalah yang mereka rasakan. Komunitas Guru Penggerak menjadi wadah bagi para GP tersebut bertukar pikiran, dan saling berbagi pengalaman baru, dan juga inovasi dalam pembelajaran.

***

Ada kesamaan perasaan diantara mereka. Dan Overthinking, yang bisa mengganggu bahkan melemahkan semangat para guru penggerak tersebut. 

Serangan, asumsi dan opini terjadi diberbagai lini media sosial. Baik tulisan, maupun broadcasting. Dari sesama guru, sampai dengan pengamat. 

Ada pertanyaan di dalam diri mereka. Bukankah ini juga termasuk Bullying?. Terkadang antara Bullying dan kritik beda tipis. Begitupula antara curhat dan protes, menjadi sebelas dua belas.

"Ada juga mas, seorang pengamat mengusulkan semua guru dijadikan guru penggerak, sampeyan setuju?." Pak hafid, kepada Ketua, Mas Hidayat.

"Saya sih setuju-setuju saja. Masalahnya uangnya dari mana?, duitnya dari mana?. Ada yang bilang juga sama saya, enak yo mas, jadi Guru penggerak, di guyur uang sampeyan?." 

"Uangnya sopo mas-mas?., wong jadi guru penggerak itu hanya dapat uang saku, transportasi dan uang pulsa, yang nominalnya ratusan ribu. Sedangkan untuk kegiatan, sejenis panen hasil, lokakarya, tugas-tugas, kita ya patungan antara sesama Guru penggerak." jelas Mas Hidayat, disambut tawa.

"Memang kadang yang dilihat itu luarnya saja, kesannya jadi guru penggerak itu sudah segalanya. Disuruh ikut seleksi malah seribu alasan, maunya instan." celetuk Mugirotin.

"Saya ini aja banyak yang meremehkan, ah, apa bisanya sih si Mugi, belum pernah jadi Kepala Sekolah, langsung jadi Pengawas!." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun