Mohon tunggu...
Anindya Liani
Anindya Liani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

suka mendengar, mau belajar, dan ingin menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Social Climber

4 Oktober 2014   00:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:28 5588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi

Perkembangan jaman yang semakin modern membuat arus globalisasi menjadi sangat cepat. Begitu pula dengan gaya hidup masyarakat yang juga mengikuti arus globalisasi tersebut. Social climber, merupakan istilah baru yang tercipta karena gaya hidup yang semakin beragam saat ini. Social climber sendiri adalah seseorang yang berusaha untuk masuk pada kelas sosial tertentu (lebih tinggi) hanya untuk mendapat pengakuan akan status social yang tinggi tersebut. Tetapi hal ini sering menimbulkan suatu persepsi negative, karena sebenarnya para social climber ini bukanlah kaum sosialita yang memang memiliki kedudukan dan materi yang berlimpah, sebutan untuk social climber muncul karena adanya pribadi yang secara langsung atau tidak langsung mengungkapkan perilaku mirip kaum sosialita secara dipaksakan.

Ilustrasi sederhana untuk penggambaran masalah ini misalnya saja pada sekelompok anak muda yang sedang berkumpul, perbedaan perilaku pada si social climber dan si sosialita. Si social climber ini sengaja membawa barang-barang brandednya yang kemudian diperkenalkan kepada teman-temannya dalam kelompok tersebut. Sedangkan kaum sosialita tidak pernah menunjukkan barang-barang brandednya tersebut, karena tidaklah penting pengakuan dari orang lain mengenai status sosialnya. Perbedaan sikap inilah yang membedakan mana kaum sosialita dan mana social climber. Para social climber selalu menekankan pada pengakuan sosial yang lebih tinggi, misal dengan memaksakan untuk memiliki barang branded tidak peduli darimana dapatnya barang-barang tersebut, pengakuan sosial-lah yang lebih penting.

Dari observasi pribadi, mayoritas social climber adalah kaum perempuan. Mungkin karena sifat dasar perempuan yang selalu ingin tampil sempurna dan menjadi pusat perhatian. Tapi perempuan yang seperti ini mungkin tidak mengerti arti sebuah pengakuan sosial yang baik bukan berasal dari materi atau fisik semata, melainkan dari tingkat intelegensi dari dirinya, semakin pintar dan semakin aktifnya perempuan dalam kegiatan sosial misalnya, itu akan menambah point penilaian dari pihak lain dan pengakuan sosial pun akan tertoreh dengan baik.

Cara yangdigunakan oleh para social climber ini untuk mendapatkan berbagai fasilitas setara kelas sosial yang lebih tinggi dapat dikatakan tidak jauh dari kata buruk, karena kurangnya materi penunjang untuk pemenuhan keinginannya tersebut, ada yang meminjam uang, ada pula yang menjual barang pemberian orang tua, mendekatkan diri pada kelompok sosial yang lebih tinggi hanya untuk mendapat pengakuan dari kelompok tersebut, atau yang paling biasa dilakukan oleh para kaum social climber adalah mencari teman kencan yang memiliki segudang fasilitas mewah untuk kemudian para social climber ini memanfaatkan kedekatan itu untuk merasakan fasilitas kelas tinggi tersebut dan menceritakan kepada rekan-rekannya agar mendapat pengakuan atas pencapaian tersebut, tentunya bukan pencapaian dalam hal yang positif.

Baiknya memang kita perlu mengingat lagi, apa tujuan kita hidup di masyarakat, ingin mendapat pengakuan positif atau negatif dari orang lain. Bukankah lebih baik mendapat pengakuan positif atas prestasi dan keseharian kita yang baik? Bukan malah mendapat sebatas pengakuan sosial kelas tinggi dari orang lain. Perlunya sikap rendah diri juga akan menunjang sikap penerimaan tentang kondisi nyata menjadi lebih mudah, tidak termotivasi untuk menjadi orang lain dengan memaksakan diri, serta menjadikan hidup lebih tenang dengan segudang prestasi positif dan kegiatan sosial yang baik.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun