Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

'Dunia Tanpa Tuhan'; Pertanyaan Filosofis tentang Kepercayaan dan Ketidakpercayaan

25 April 2024   13:55 Diperbarui: 25 April 2024   13:57 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pic; koleksi pribadi

Dalam diskursus atheis, naturalisme filosofis memainkan peran kunci, berpendirian bahwa segala sesuatu di alam semesta dapat dan harus dijelaskan melalui fenomena natural tanpa mengacu pada entitas supernatural. Naturalisme mengasumsikan bahwa segala sesuatu yang terjadi adalah hasil dari hukum alam yang dapat dipahami melalui ilmu pengetahuan. Pandangan ini menolak adanya intervensi supernatural dalam proses alam, seperti penciptaan kehidupan atau pengaturan alam semesta, dengan menyatakan bahwa penjelasan ilmiah, meski belum sempurna, adalah cukup dan terus berkembang untuk menggambarkan fenomena-fenomena tersebut.

Di sisi lain, sekularisme---seringkali diadopsi oleh komunitas atheis---menekankan pemisahan antara urusan agama dan negara, mempromosikan sebuah masyarakat di mana kebijakan publik dan hukum dibuat berdasarkan alasan dan bukti daripada doktrin agama. Dari perspektif moral, banyak atheis sekuler mendukung etika yang berdasarkan kesadaran kemanusiaan dan rasionalitas daripada teks-teks suci atau wahyu. Mereka menganjurkan untuk nilai-nilai seperti keadilan, kesetaraan, dan kebebasan individu yang diinformasikan oleh dialog dan konsensus sosial, bukan oleh otoritas teokratis.

Kritik terhadap Agama

Dalam mengkritik agama, tokoh atheis seperti Christopher Hitchens telah mengemukakan argumen yang tajam dan seringkali provokatif. Hitchens dan rekan-rekannya berargumen bahwa agama sering kali berfungsi lebih sebagai alat pemisahan dan konflik daripada sebagai sumber perdamaian dan rekonsiliasi. Mereka menunjukkan contoh-contoh di mana institusi agama telah mendukung ketidakadilan, seperti diskriminasi terhadap wanita dan minoritas seksual, atau bahkan perang dan terorisme.

Hitchens secara khusus menantang pandangan yang mengatakan bahwa moralitas tidak dapat ada tanpa agama. Dia menolak gagasan bahwa kebaikan dan moralitas adalah domain eksklusif orang-orang beragama, mengusulkan bahwa sejarah sering menunjukkan sebaliknya. Dia juga menyoroti bagaimana dogma dan otoritas yang tidak dapat dipertanyakan dalam banyak agama menindas pertanyaan kritis dan diskusi terbuka yang merupakan esensial dalam masyarakat demokratis yang sehat.

Lebih jauh lagi, kritik atheis sering melibatkan analisis tentang bagaimana narasi agama dapat disalahgunakan untuk membenarkan tindakan yang tidak etis atau merugikan, dari perang suci hingga diskriminasi hukum. Dalam hal ini, pandangan atheis menawarkan perspektif yang menantang, seringkali meminta masyarakat untuk merefleksikan cara kita menginterpretasikan etika dan nilai-nilai bersama dalam masyarakat yang plural dan beragam.

Secara keseluruhan, perspektif atheis tidak hanya menolak klaim teistik tentang eksistensi Tuhan tetapi juga mendesak pemikiran kritis dan pendekatan yang berbasis bukti terhadap kebijakan dan moralitas. Ini bertujuan untuk memperkuat fondasi etis masyarakat dengan mengurangi ketergantungan pada otoritas agama dan meningkatkan ketergantungan pada alasan manusiawi dan dialog intersektoral.

Kesimpulan

Dalam perjalanan panjang diskursus filsafat mengenai eksistensi Tuhan, pertukaran ide antara pandangan teistik dan atheis telah membentuk satu dialog yang kaya dan beragam. Argumen-argumen atheis telah memberikan tantangan serius kepada pandangan teistik, mendorong pertanyaan-pertanyaan mendalam tentang sumber dan dasar dari kepercayaan religius serta implikasinya terhadap kehidupan dan masyarakat.

Integrasi Dialog dan Pertanyaan

Pertukaran antara atheisme dan teisme, dalam banyak hal, telah memperkaya pemahaman kita tentang apa artinya beriman dan tidak beriman. Atheisme, dengan penekanannya pada skeptisisme dan metode empiris, memaksa pertimbangan lebih teliti terhadap klaim-klaim supernatural dan mendorong agama untuk lebih mempertanggungjawabkan ajaran dan praktiknya dalam konteks moralitas dan logika yang berubah. Sebaliknya, teisme sering menawarkan pandangan mendalam tentang sifat manusiawi, pengalaman transenden, dan pencarian makna yang melampaui apa yang dapat dijelaskan oleh sains dan observasi empiris saja.

Manfaat Dialog Berkelanjutan

Dialog antara kedua pandangan ini juga mendorong kedua pihak untuk mengeksplorasi pertanyaan-pertanyaan tentang keberadaan, moralitas, dan makna hidup dengan cara yang lebih komprehensif. Dalam masyarakat yang semakin global dan terhubung, di mana ide dan kepercayaan bertemu dan berinteraksi dengan cara-cara yang belum pernah terjadi sebelumnya, kemampuan untuk memahami dan menghargai pandangan yang berbeda menjadi semakin penting.

Menjembatani Perbedaan

Melalui dialog yang terus-menerus dan terbuka, atheis dan teis dapat menemukan dasar bersama dalam menangani tantangan etika dan eksistensial yang dihadapi oleh semua manusia. Pertanyaan tentang eksistensi Tuhan mungkin tidak pernah terjawab sepenuhnya, tetapi perdebatan seputar pertanyaan ini dapat memfasilitasi jenis eksplorasi diri dan pertumbuhan intelektual yang merupakan inti dari filsafat itu sendiri. Lebih jauh, dialog ini dapat membantu membangun masyarakat yang lebih inklusif dan toleran, di mana kepercayaan dan ketidakpercayaan tidak hanya diterima tetapi juga dipahami dalam konteks yang lebih luas dari pencarian manusia akan kebenaran dan makna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun