Mohon tunggu...
Syarif Yunus
Syarif Yunus Mohon Tunggu... Konsultan - Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Dosen Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) - Direktur Eksekutif Asosiasi DPLK - Edukator Dana Pensiun - Pendiri TBM Lentera Pustaka Bogor - Kandidat Dr. Manajemen Pendidikan Pascasarjana Unpak - Ketua IKA BINDO FBS Univ. Negeri Jakarta (2009 s.d sekarang)), Pengurus IKA UNJ (2017-sekarang). Penulis dan Editor dari 47 buku dan buku JURNALISTIK TERAPAN, Kompetensi Menulis Kreatif, Antologi Cerpen Surti Bukan Perempuan Metropolis. Penasihat Forum TBM Kab. Bogor, Education Specialist GEMA DIDAKTIKA. Salam DAHSYAT nan ciamikk !!

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Asal Mau Berkeringat, Apapun Tidak Usah Khawatir

20 April 2024   10:24 Diperbarui: 20 April 2024   10:38 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mungkin hari ini, ada sebagian kita yang melewati harinya tidak biasa. Diurung rasa khawatir yang tak berujung. Takut akan hal yang tak pasti, tapi mungkin terjadi. Hidupnya masih dipenuhi gelisah, resah dan pesimisme.

Bisa jadi, sebabnya khawatir soal ancaman terhadap kesehatan, hati, rezeki, mase depan atau kematian.

Khawatir, katanya lazim sebagai manusia. Punya perasaan dan pikiran yang berlebihan.  Terlalu cemas dengan suatu masalah atau situasi tertentu. Lalu, sikap dan perilakunya tidak tenang. Emosional, bertindak gegabah, hingga justru merugikan orang lain dan dirinya sendiri. Hari-harinya jadi gelisah dan membuat tidak bisa tidur. Terlalu khawatir!

Ibaratnya, segala hal dibikin khawatir takut sendiri. Apa-apa yang belum terjadi sudah dikhawatirkan. Urusan uang dan rezeki ditakutkan. Lupa, bahwa apapun dan semuanya sudah atas kehendak Allah SWT. Orang yang khawatir bagaikan berjalan di antara rimba. Dikelilingi gemersak mencurigakan, seakan hewan buas akan menerkam kapanpun. Wajar banget, bila akhirnya tidak bisa tenang?

Orang-orang yang khawatir. Bisa jadi lupa soal qadar atau takdir datang. Bahwa Allah telah menulis segalanya, bahkan sebelum bumi ada. Setiap orang sudah ada porsinya, sudah ada jatahnya. Tidak akan pernah tertukar. Asal mau berkeringat, mau ikhtiar yang baik sudah cukup. Tinggal perbaiki niatnya, untuk apa? Lalu berdoalah yang baik setiap saat.

Cara berpikir itulah yang saya yakini dan menjadi sikap pribadi. Apalagi setelah terduduk dan bersimpuh di depan Ka'bah Baitullah di Masjidil Haram Mekkah saat umroh Syawal (14-23 April 2024) ini. Makin jelas, bahwasanya tidak perlu ada yang dikhawatirkan dalam hidup. Jalani saja hari-hari kita sambil tetap berkeringat untuk berjuang. Ikhtiar dan ikhtiar yang terbaik saja. Sama sekali tidak perlu disamakan atau diperdebatkan soal-soal kecil di dunia. Semua akan kelar pada waktunya. Tapi khawatirlah, bila kita semakin jauh dari-Nya. 

Percaya tidak? Hari ini adalah hari esok yang kita khawatirkan kemarin. Terus, hasilnya gimana? Apa yang dikhawatirkan terjadi? Tidak usah gelisah, apalagi khawatir. Karena  tujuan kita ada di dunia itu untuk beribadah. Untuk mengumpulkan pundi amal baik sebagai bekal "pulang' ke akhirat nanti. Terjadinya hal baik dan buruk tidak masalah, selama hati kita tetap ikhlas dan sabar. Tetap istikomah dalam ibadah kepada-Nya.

Tidak usah khawatirkan apapun. Porsi kita hanya ikhtiar semaksimal mungkin. Berbuat baik dan menebar manfaat di mana pun. Agar jadi ladang amal dan pahala buat kita sendiri. Bila ada yang mau ikut baik, silakan. Bila tidak punya tidak masalah kan. Jalani apa adanya dan nikmati tiap keringat yang menetes. Agar menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih baik lagi. Karena di situlah sumber ketenangan dan kebahagiaan yang hakiki.

Tidak usah menyalahkan orang lain bila kita belum tentu benar. Jangan tuding orang buruk bila kita belum baik. Jangan pula merendahkan orang lain agar kita dibilang tinggi. Sehebat apapun karangan kita, hanya Allah yang tahu isi hati dan mencatat sebagai perbuatan baik atau buruk?

Jangan khawatir. Tugas kita ikhtiar, hasilnya biarkan Allah yang tentukan. Jangan cemaskan masa depan, apalagi khawatirkan yang belum tentu terjadi. Cukup kerjakan yang baik di mana pun dan hingga kapanpun. Biarkan orang-orang yang membenci tetap dengan kebenciannya. Mungkin itu juga sudah dikehendaki-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun