Mohon tunggu...
Zulfitra Agusta
Zulfitra Agusta Mohon Tunggu... -

Saya adalah pekerja di Bank BUMN. Fotografi dan menulis adalah hobi.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Masih Adakah Inyiak di Maninjau...

4 Mei 2011   14:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:05 6160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Terus terang hati saya sangat tergerak membaca tulisan dari  Mbak Titik Kartitiani tentang semakin menyusutnya populasi harimau sumatra di Aceh. Saya teringat akan pengalaman ketika masih SD dan SMP dulu, ketika masih sering ke ladang dan menemukan jejak "Inyiak", begitulah panggilan orang minangkabau terhadap sang harimau. Saya yang masih lugu lalu bertanya kepada bapak, jejak apakah yang sering terlihat di perbukitan dan ladang kami.  Bapak saya hanya berkata pelan, bahwa itu adalah jejak Inyiak. Kalau menyebut nama Inyiak tersebut juga harus sepelan mungkin, agar jangan terdengar olehnya.

Inyiak atau harimau mempunyai kedudukan cukup tinggi dalam kebudayaan masyarakat Minangkabau, khususnya di Agam. Bahkan sejak dari kecil kami sering mendengar cerita bahwa harimau adalah sahabat dan peliharaan dari sejumlah pemuka agama dan pemuka masyarakat yang memiliki kesaktian. Bahkan perjalanan mereka juga menaiki harimau sebagai kendaraannya. Misalnya adalah Syekh Hasan, pemuka agama dari Koto Baru, Maninjau. Beliau ini adalah teman dari ayahya Buya Hamka atau Syekh Karim Amarullah, dan dizaman penjajahan Belanda pada tahun 1920an sampai 1930an, beliau adalah tokoh yang disegani oleh Belanda. Dulu orang kampung banyak membicarakan, kalau kedatangan Syeh Hasan sering bersama dengan seekor harimau besar. Terkadang juga kalau Syekh Hasan memberi ceramah, maka harimau itu sering menunggui

Harimau dalam kurun waktu 15 tahun terakhir ini, sudah tidak banyak lagi ditemukan jejaknya di belantara hutan sekeliling Danau Maninjau. Believe it or not, harimau juga doyan makan durian. Hal ini saya alami sendiri ketika SMP dulu, sewaktu malangge atau menunggu durian di ladang. Waktu itu saya menunggu durian bersama dengan sepupu dan teman sebaya. Kami menginap di dangau yang dibuat khusus untuk menunggui durian. Ketika itu adalah giliran saya untuk berkantuk, dan hari menunjukkan jam 3 lebih. Tiba-tiba dikegelapan malam, saya melihat seperti 2 obor kecil berjalan perlahan menuju bahwa dangau kami. Dan yang terdengar hanyalah suara dengusan dan rengkahan durian. Saya lalu perlahan membangunkan sepupu yang lebih tua, dan dia berkata bahwa itu adalah Inyiak yang sedang mencari jatah durian. Saya setengah tidak percaya dengan yang dikatakannya. Pada pagi harinya saya melihat sendiri durian yang sudah dibelah dengan rapi dan yang tertinggal hanyalah biji yang sudah dijilat dengan bersih.

Ada lagi ketika kami pada malam tahun baru 1995. Waktu itu kami bermaksud untuk melakukan perjalanan malam mendaki bukit dari Bayur menuju Puncak Lawang di Matur. Rombongan kami waktu itu ada 8 orang, pendakian ini adalah kegiatan spontan mengisi acara tahun baru. Di perjalanan kami hanya berbekal penerangan pelepah kelapa kering yang dijadikan obor. Ketika menjelang tengah malam, kami beristirahat di dekat jaringan SUTET dari PLTA Maninjau di desa bernama Sawah Rang Salayan. Saat itu kami bermaksud beristirahat dari mendaki. Saat itu saya juga melihat tidak jauh dari rombongan kami ada seperti 2 obor kecil berwarna merah muda berjalan mendekat ke arah kami. Dan beberapa saat kemudian dalam kegelapan (waktu itu kami lagi berusaha menghidupkan obor dari pelepah kelapa pake korek gas) terdengar seperti ada bunyi terkaman dan auman harimau. Sejenak sesudah obor hidup, kami melihat dengan jelas ada Inyiak yang sedang bergulat melawan seekor Baribeh atau beruang. Kami langsung lari melihat kejadian itu dan menuju arah Puncak Lawang. Diperjalanan kami berterima kasih dalam hati, bahwa Inyiak telah menyelamatkan kami dari buruan beruang.

Sewaktu pulang ke kampung pada pertengahan Maret kemaren, saya menyempatkan diri untuk keladang dan bertanya kepada paman apakah masih ada Inyiak yang sering bertandang ke ladang durian, dan paman saya mengatakan sudah lebih dari 4 tahun ini tidak ada lagi terlihat jejak harimau di ladang. Hati saya menjadi miris, apakah karena hutannya yang sudah tidak lebat dan menjadi tempat bermain yang nyaman bagi sang harimau, ataukah sang harimau sudah menjadi hiasan di dinding entah siapa...

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun