Mohon tunggu...
Suciati Lia
Suciati Lia Mohon Tunggu... Guru - Guru

Belajar mengungkapkan sebuah kata agar bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Menembus Rintangan: Menyambut Amanah, Merangkul Proses, dan Menikmati Hasilnya

4 Mei 2024   07:39 Diperbarui: 4 Mei 2024   08:06 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menembus Rintangan: Menyambut Amanah, Merangkul Proses, dan Menikmati Hasilnya

          Masih teringat jelas saat saya menerima tantangan menjadi waka kesiswaan pada bulan Mei 2023. Awalnya tak berbesit di kepala untuk menerima dan hanya memberikan solusi dari masalah rekan tapi akhirnya nyemblung dan takdir berkata lain. Di hati antara ragu dan bimbang untuk melakukannya. Memang dari awal saya tak ingin mengembangkan jiwa kepemimpinan yang dulu telah saya dapatkan di masa organisasi kampus yang pernah memberikan pengalaman yang berharga.

          Tepat di bulan Mei, saya menerima dengan bismillah amanah itu dan tepat juga di bulan Mei ini saya melepas amanah itu dengan Alhamdulillah. Ada rasa lega di hati meski masih sebulan amanah itu harus saya tunaikan. Banyak pelajaran yang berharga yang saya dapatkan dalam proses belajar. Memang awalnya penuh keraguan karena tidak terpikir oleh saya menjadi seorang wakasis untuk membantu tugas kepala sekolah. Namun, pengalaman organisasi yang dimiliki tak menyulitkan langkah untuk menggapai asa. Belajar dari pengalaman itu mengingatkan banyak rintangan yang harus saya taklukan.

          Mungkin pembaca bertanya-tanya mengapa saya tidak senang dengan amanah? Bagi pribadi, amanah itu sebuah prinsip yang harus dijalankan dengan sebaik mungkin. Ada yang mengatakan saya pekerja gila dan tak berhenti pada satu langkah jika ada hambatan. Begitu juga dulu sewaktu di organisasi yang di dalamnya penuh dengan apatis. Selama sebulan kerja keras untuk melobi dengan penuh pendekatan akhirnya bisa menaklukan tantangan tersebut. Begitu juga dengan hal baru yang baru diletakkan di pundak. Makanya cukup setahun dedikasi itu diberikan sehingga dapat melangkah untuk pengembangan lain. Sebab, jika lama di zona itu, maka banyak hal yang mesti dikorbankan sehingga keseimbangan pribadi dan pekerjaan tidak stabil.

          Saat nama tertempel, saat itulah  amanah memanggil. Berat terasa di benak. Namun jika kita mau belajar banyak cara dan media yang tersebar di media sosial yang bisa dijadikan referensi. Jangan pernah takut untuk mendapatkan amanah. Dari amanah itulah kita bisa semakin bijak pada keputusan yang diambil dan menikmati sebuah proses perjalanan pengembangan diri serta semakin mengenal teman baik dalam membantu kita di saat susah atau bahkan menjauh tanpa kabar.

          Artikel ini sengaja saya tulis untuk berbagi tantangan semoga memberikan inspirasi agar kelak jika pembaca mendapatkan tantangan serupa seperti saya dapat sama-sama belajar dari pengalaman ini sehingga hasil berdampak. Hal pertama yang saya siapkan adalah kualitas diri. Sebagai pemimpin tentu saya belajar dari kritik yang diberikan oleh murid selama sebulan sekali dalam pembelajaran. Apa yang mereka tidak sukai dari sebuah kebijakan guru, perilaku guru, metode pembelajaran, dan sebagainya. Dari itulah saya belajar bagaimana menjadi teladan yang baik sebelum memutuskan sesuatu. Sebab, jika kita memutuskan sesuatu tanpa refleksi dahulu maka yang ada hanya kritikan dalam diam yang dilakukan oleh siswa apalagi siswa itu setingkat SMA. Keteladanan memang sulit tapi itu harga mutlak yang harus dipenuhi bagi seorang pemimpin agar lebih mudah melakukan koordinasi dengan sekitarnya.

          Setelah itu, saya membuat program kerja. Perencanaan kerja yang matang akan membuat kerja kita terarah begitu halnya dengan guru mesti membuat peta konsep dalam bentuk RPP. Dari peta konsep perencanaan kita tahu arah, tujuan, visi, dan misi kita sebagai seorang pemimpin. Sehingga peluang waktu yang ada adalah bagaimana pencapaian kinerja dengan baik. Kemudian proker yang teramat sulit adalah kebijakan tata tertib.

          Dalam kebijakan tata tertib memang tidak semudah kita merumuskan tapi aplikasi di lapangan yang terkadang mengelus dada. Sebagai penerapan Kurikulum Merdeka saya telah bekerja sama dengan BK untuk membuat kesepakatan tata tertib di sekolah. Dengan mengumpulkan masukan, kritikan, dan akhirnya kesepakatan itu dijalankan dan ditempelkan di kelas. Saya memang membuat hal yang berbeda dari sebelumnya. Supaya murid merasa enjoy dengan yang diputuskan. Tapi kenyataan di lapangan tetap ada saja yang melanggar meski ada peningkatan kebaikan di dalamnya.

          Dari rumusan proker itu saya telah berhasil mencapainya tidak hanya peningkatan kemampuan akademis dan nonakademis melalui perwakilan lomba tingkat kecamatan, kabupaten, provinsi sampai menembus tingkat nasional. Kerja keras terkadang mengorbankan kepentingan pribadi menghasilkan sesuatu yang membanggakan nama sekolah. Dari penguatan mental, penyelesaian masalah, hingga pencapaian telah saya lakukan dengan profesional. Tak hanya itu ada penambahan ekstrakurikuler yang menampung bakat anak, dan menciptakan budaya positif sekolah.

          Kini setahun telah saya membersamai amanah itu dan tinggal sebulan lagi amanah itu saya tanggalkan. Saya senang dengan tantangan, dengan tantangan tesebut setidaknya saya belajar banyak hal. Belajar saat kita terjatuh, belajar saat ada kritikan yang tak mendukung, belajar saat terjadi pembicaraan di belakang, dan banyak sekali pembelajaran yang menguatkan mental dan berpikir kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun