Mohon tunggu...
Pepih Nugraha
Pepih Nugraha Mohon Tunggu... Jurnalis - Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016.

Gemar catur dan mengoleksi papan/bidak catur. Bergabung selama 26 tahun dengan Harian Kompas sejak 1990 hingga 2016. Setelah menyatakan pensiun dini, hari-hari diisi dengan membaca, menulis, mengajar, dan bersosialisasi. Menulis adalah nafas kehidupan, sehingga baru akan berhenti menulis saat tidak ada lagi kehidupan. Bermimpi melahirkan para jurnalis/penulis kreatif yang andal. Saat ini mengelola portal UGC politik https://PepNews.com dan portal UGC bahasa Sunda http://Nyunda.id Mengajar ilmu menulis baik offline di dalam dan luar negeri maupun mengajar online di Arkademi.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Saya Pamit Selaku Admin Kompasiana

30 Juli 2011   01:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:15 2208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1312169265884810497

[caption id="attachment_126250" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption]

Sebelum sampai di ulang tahunnya yang ketiga 22 Oktober mendatang, saya berketetapan hati pamit selaku Admin Kompasiana. Ini bukan keputusan emosional, semata-mata pertimbangan rasional karena dihadapkan pada tugas dan tantangan baru. Bukan lari dari tanggung jawab, tetapi semata memainkan satu babak seni delegasi dalam birokrasi.

Sebagai orang yang membidani lahirnya bayi Kompasiana, lalu mengurusnya hingga sebesar seperti sekarang ini, saya menjadi tahu karakter Kompasiana, sekaligus paham bagaimana prospek Kompasiana ke depan. Dari yang semula blog jurnalis yang sepi penulis sampai menjadi social blog tempat berkumpulnya "Indonesia mini" yang hiruk-pikuk oleh pemikiran, lintas ideologi, bahkan menerabas batas keyakinan, saya meresapinya dengan khidmat dan menjalankannya dengan ikhlas. Semua itu ternyata menyenangkan.

Pada awal kelahiran Kompasiana, saya harus menerobos anggapan bernada cemoohan bahwa "blog is over", bahwa blog sudah mendekati senjakala. Dengan menawarkan konsep blog keroyokan, saya hadir melawan segala cemoohan itu. Saya punya keyakinan, personal blog mungkin mendekati senjakalanya, tetapi tidak untuk social blog. Saya tidak tahu apakah keliru dengan putusan melawan arus itu, atau sebaliknya.

Saya pernah mengalami masa-masa dimana Kompasiana hanya berisi tulisan saya karena ketiadaan teman-teman jurnalis lainnya menulis, mungkin karena tuntutan pekerjaan utama menulis di media mainstream. Namanya media independen, menulis di Kompasiana menjadi suka-suka, bukan suatu tuntutan utama para jurnalis.

Saya masih ingat tulisan pertama di Kompasiana, dan tentu saja menjadi tulisan pertama pula yang tayang di Kompasiana, berupa ajakan untuk ngeblog, Jangan Malu untuk Memulai! Yang melegakan, tulisan pertama yang tayang 15 Juni 2008 saat Kompasiana masih ujicoba itu dibaca oleh 444 orang dengan menangguk 3 komentar, plus 2 tanggapan saya terhadap komentar tersebut. Awal yang baik!

Kini, saya melihat Kompasiana sudah menjadi "mass media" dalam pengertian media dimana tempat berkumpulnya banyak orang. Tidak hanya semata-mata massa pembaca sebagaimana karakter massa pada media massa, tetapi massa penulis yang sama-sama memiliki semangat berbagi. Pada titik ini, saya merasa tidak salah langkah dan tidak pula salah urus.

Saya masih punya bergumpal-gumpal mimpi tentang Kompasiana. Membawa Kompasiana menjadi blog keroyokan terbesar di Indonesia, Asia, bahkan dunia, sudah menjadi kenyataan. Dariapada saya dituding sombong, sila tengok Alexa.com dan bandingkan Kompasiana dengan para begawan social blog dunia seperti OhmyNews (Korea Selatan), NowPublic (Kanada), Stomp (Singapura), dan OKnation (Thailand) dari sisi traffict maupun jumlah halaman yang dibaca. Kenyataannya, Kompasiana dengan 84.000 anggota terdaftar, 600-800 tulisan perhari dan dengan 6-7 juta pengunjung setiap bulannya, jauh berada di atas para begawan blog dunia tersebut. Ini membuktikan konsisten Kompasianer dalam menulis dan berbagi.

Mimpi lainnya adalah menjadi 25 situs terbesar Indonesia di akhir tahun 2011 sehingga suatu saat kompasiana bisa mendekati, menyamai, dan bahkan melampaui ranking "saudara tua" Kompas.com yang kini berada di posisi 14.

Mimpi yang sudah menjadi kenyataan adalah membawa Kompasiana menjadi tercetak (Kompasiana in print) dengan hadirnya Freez perdana 28 Juli lalu, yang diharapkan hadir setiap Kamis dengan tema dan para penulis yang beragam. Mimpi yang sebentar lagi mungkin menjadi kenyataan adalah membawa Kompasiana ke televisi (Kompasiana on TV) bekerjasama dengan KompasTV. Sebelumnya membawa Kompasiana on Book sudah pula menjadi kenyataan.

Saya masih ingin mewujudkan mimpi lahirnya turunan Kompasiana buah kreativitas teman-teman di dapur Kompasiana, antara lain lahirnya Fiksiana sebagai persembahan rekan-rekan Kompasianer yang gandrung akan fiksi, juga lahirnya "YP" untuk generasi baru Kompasianer yang penekanannya tidak pada menulis, tetapi bentuk kreativitas lain anak-anak muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun