Mohon tunggu...
Made Adhi Gunadi
Made Adhi Gunadi Mohon Tunggu... karyawan swasta -

travel enthusiast, akademisi pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Memang Berjodoh?

11 Desember 2011   15:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:30 1830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pengembangan pariwisata yang berdasarkan industri kreatif. Inilah arahan baru yang dibawa angin reshuffle kabinet yang baru saja diumumkan oleh presiden SBY. Saat menunjuk duet Mari Elka Pangestu dan Sapta Nirwandar sebagai menteri dan wakil menteri pariwisata dan ekonomi kreatif, secara spesifik presiden memberikan arahan ini pada penugasannya. Nomenklatur kementerian pun telah dirubah menjadi Kementerian Parisata dan Ekonomi Kreatif, sementara sosok Mari Pangestu sebelumnya  cukup dikenal gencar mengembangkan ekonomi kreatif saat bertugas Kementrian Perdagangan. Menjadi menarik kemudian untuk melihat seperti apa sebetulnya hubungan di antara pariwisata dan ekonomi kreatif.

Pertama, mari kita lihat apa yang dimaksud dengan ekonomi kreatif. Mengacu pada definisi dari UK DCMS Task Force (1998),  industri kreatif didefinisikan sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, ketrampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut (Pokja Indonesia Design Power Depdag, 2008). Ekonomi kreatif merupakan kegiatan ekonomi yang bertumpu pada industri kreatif . Karenanya, ekonomi kreatif juga berfokus pada penciptaan barang dan jasa dengan mengandalkan keahlian, bakat dan kreativitas sebagai kekayaan intelektual untuk bersaing dan meraih keunggulan dalam kancah ekonomi global. Di tengah situasi global dimana sumberdaya alam kian terbatas, kegiatan ekonomi kreatif yang bertumpu pada sumberdaya intelektual kian naik pamor menggantikan ekonomi yang industri yang sangat bergantung pada komoditas dan sumberdaya alam. Jika sumberdaya alam suatu waktu akan habis dieksploitasi, sebaliknya kekayaan intelektual justru selalu terbarukan dan tiada habisnya. Kondisi inilah yang mendorong kegiatan ekonomi kreatif mendapat perhatian khusus sekaligus tumbuh pesat di mancanegara.

Tren global

Data PBB tahun 2003 menunjukkan 50% dari belanja konsumen di Negara G7 adalah belanja untuk produk-produk hasil industri kreatif. Sementara di Indonesia, industri kreatif nasional di tahun 2004 mengalami pertumbuhan 8,17%, jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang 5,03% (Gunaryo et. al, 2008). Pertumbuhan yang sangat menjanjikan ini sejalan dengan pertumbuhan industri pariwisata dunia. Industri pariwisata terbukti tetap tumbuh di atas rata-rata perumbuhan industri lain, bahkan ketika diterpa gelombang krisis sekalipun. Jelas kiranya bahwa pariwisata dan industri kreatif memang menunjukkan tren peran dan kontribusi positif di masa mendatang.

Selain memberikan dampak ekonomi yang positif, industri kreatif juga mendorong penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha baru. Di sisi lain, industri kreatif juga dapat berperan dalam meningkatkan citra dan identitas bangsa melalui kualitas dan kekayaan produk kreatif yang dihasilkannya, menciptakan landasan karakter budya lokal yang kuat, meningkatkan kapasitas sumberdaya insani Indonesia, serta ramah lingkungan.

Lalu, sektor apa sajakah yang menjadi bagian dari industri kreatif? Studi pemetaan industri kreatif yang dilakukan Departemen Perdagangan RI pada 2007 mencantumkan 14 subsektor dari industri berbasis kreativitas ini. Yaitu periklanan, arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fesyen, video-film dan fotografi, permainan interaktif, musik, seni pertunjukan, penerbitan dan percetakan, layanan dan piranti lunak komputer, televisi dan radio, serta kegiatan riset dan pengembangan. Terlihat bahwa sektor-sektor industri kreatif cukup banyak dan selama ini memang telah menujukkan kegairahan yang luar biasa di kancah nasional. Beberapa diantaranya juga memiliki singgungan yang erat dengan industri pariwisata, seperti kerajinan, seni pertunjukan, musik, barang seni, fesyen dan arsitektur.

Komponen Inti Pariwisata

Terkenal akan pesona alam dan kekayaan budayanya, Indonesia merupakan salah satu pemain penting di industri pariwisata global. Namun harus diakui, potensi besar yang kita miliki tersebut belum berbanding lurus dengan banyaknya wisatawawan asing yang memilih untuk berkunjung ke Indonesia. Banyak faktor penyebabnya memang yang perlu ditelaah satu-persatu secara cermat untuk memperbaiki pencapaian nasional di bidang wisata. Secara sederhana, pengembangan pariwisata selalu bertumpu pada sedikitnya 3 komponen inti wisata, yaitu 3A : Atraksi (daya tarik), Aksesibilitas (meliputi sistem transportasi, bandara, kendaraan umum dll) serta Amenities (akomodasi, restoran, travel agent dan layanan pendukung lainnya).

Berbagai studi wisata menunjukkan bahwa daya tarik alam dan budaya merupakan alasan utama dalam setiap pemilihan destinasi wisata. Kita patut bersyukur bahwa Indonesia dilimpahi oleh pesona alam dan kekayaan budaya yang amat beragam, menjadikan kita memiliki competitive advantage yang tiada duanya pada komponen atraksi ini. Terlebih, hasil industri kreatif seperti kerajinan, cenderamata, seni pertunjukan, musik dan film mampu memberi nilai tambah pada komponen daya tarik wisata ini. Berikutnya hasil kreasi kuliner local dan keelokan arsitektur hotel juga mampu mempercantik komponen Ammenities. Namun pada komponen Aksesibilitas, peranan industri kreatif boleh dikata sangat minimal. Komponen ini membutuhkan lebih banyak pembenahan dari sisi infrastruktur, system transportasi umum serta layanan imigrasi. Ini menunjukkan bahwa pariwisata tidak semata terdiri dari industri kreatif saja, bahwa pariwisata sejatinya lebih luas dari sekedar industri kreatif.

Lalu apakah penggabungan pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi kurang relevan? Melihat peran nyata ekonomi kreatif yang mampu memberi nilai tambah pada daya tarik dan daya saing pariwisata Indonesia, penggabungan kedua sector ini dapat dipahami. Terlebih, pertumbuhan industri kreatif positif di bidang pariwisata diyakini dapat menjadi stimulant bagi pertumbuhan subsektor industri kreatif lainnya, menciptakan hubungan simbosis mutualisme diantara keduanya. Namun sekali lagi dingatkan bahwa simbosis tersebut tetap tidak dapat mengabaikan perlunya perbaikan dan pembenahan pada dua komponen inti lainnya yaitu Ammenities dan Aksesibilitas. Bersatunya pariwisata dan ekonomi kreatif dalam satu kementerian yang ditangani oleh duet menteri dan wakil menteri yang kompeten di bidangnya rasanya menjadi langkah awal yang sangat menjanjikan bagi perkembangan pariwisata Indonesia. Dan harapannya, hasil nyata bisa segera terlihat dalam 3 tahun mendatang. Semoga.

Jakarta, 20 Oktober 2011

* * *

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun