Mohon tunggu...
Indira Abidin
Indira Abidin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

2017: Lebih banyak memberi makanan, lebih sedikit membuang

8 Januari 2017   21:44 Diperbarui: 9 Januari 2017   06:53 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.youtube.com/watch?v=sow8k-veHVo

Dalam sebuah eksperimen di India, empat orang anak dari kelas dua sampai empat ditanyakan makanan kesukaannya. Ada yang bilang suka pizza, ada yang bilang briyani, burger dan chawal. Lalu mereka pun diberikan makanan-makanan tersebut. Mereka pun makan dengan gembira dan lahap.

Tiba-tiba mereka didatangi oleh seorang peneliti yang menyamar menjadi pengemis. Pengemis ini berbaju lusuh, robek, dan meminta makanan yang sedang mereka nikmati dengan lahap. Awalnya mereka bingung, tapi tak lama kemudian, tanpa berfikir panjang, mereka langsung memberikan makanan yang sedang mereka makan kepada sang pengemis. Senyum pun mengembang di bibir mereka. Mereka tampak senang bisa berbagi. 

Ketika ditanya mengapa mereka mau memberikan makanan kesukaan mereka yang sedang mereka nikmati dengan lahap kepada orang yang mereka tak kenal, mereka berkata bahwa mereka lebih beruntung daripada pengemis itu, dan kalau ibu mereka nanti memberikan mereka makan, bisa jadi makanan tersebut mubazir.

Indahnya melihat wajah bahagia mereka. Tak ada wajah jijik, tak ada yang langsung pergi menghindar, apalagi mengusir pengemis tersebut. Semua memberikan respon yang sama: senyum dan berbagi.

Inilah fitrah manusia seperti yang diciptakan oleh Sang Maha Pencipta, Sang Maha Kasih dan Penyayang. Manusia diciptakan untuk berbagi. Apapun yang diberikan pada kita olehNya bukan 100% untuk kita saja. Sang Maha Kasih ingin kita berbagi dengan yang lain. Untuk itulah kita diberikan rizki.

Di restoran, di hotel, atau bahkan di rumah kita sendiri, sering sekali kita melihat makanan bersisa, mubazir dibuang begitu saja. Padahal makanan itu bisa menghidupi banyak orang miskin yang tak mampu di pinggir jalan. Marilah kita lebih sering berbagi, dan mencegah mubazir. Ambil makanan secukupnya, pesanlah sebisanya, dan kalau berlebih, sisihkan dulu buat orang lain, baru kita makan seperti yang bisa kita makan.

Kalau kita belum terbiasa menyisihkan sebagian penghasilan bagi orang lain, mulailah hari ini menyisihkan sebagian dari penghasilan kita bagi mereka yang membutuhkan. Kalau sudah terbiasa, bagus sekali, alhamdulillah, cobalah tambahkan proporsi tersebut. Bagi yang sudah terbiasa berbagi 2.5% dari penghasilan, bagaimanakan caranya agar bisa berbagi 5%? Yang biasa 5%, bagaimana bisa ditambah menjadi 10%, dan kalau terbiasa 10%, bagaimana angka tersebut bisa naik menjadi 15%?

Apa rasanya kalau mereka yang tak bisa makan tiba-tiba menerima makanan dari kita dengan mata berbinar-binar? Mereka yang tak punya baju yang layak menjerit kegirangan saat menerima pakaian dari kita? Mereka yang tak punya modal untuk berusaha tiba-tiba mengembang senyumnya saat menerima pinjaman modal untuk bisa membiayai kehidupan keluarganya? Mereka yang tak bisa sekolah kini gembira karena bisa bersekolah?

Bayangkan apa rasanya? Dan mengapa rasa itu penting bagi kita?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun