Mohon tunggu...
Ibu Seno
Ibu Seno Mohon Tunggu... karyawan swasta -

"Selama orang masih suka berkarya, dia masih suka hidup dan selama orang tidak suka berkarya sebenarnya ia sedang berjabatan tangan dengan maut." (Pramoedya Ananta Toer)

Selanjutnya

Tutup

Catatan

[Nyadran]-Bertemu (makam) istri Douwes Dekker di Utoro Loyo

24 Juni 2013   22:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:29 1319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setelah dari Lempuyangan, route nyadran berikutnya adalah kompleks pemakaman Utoro Loyo. Seinget saya, saya sudah tiga kali ke pemakaman ini, yang pertama saat Eyang Buyutnya Seno meninggal, kemudian waktu berziarah beberapa waktu lalu dan sekarang ini yang ke tiga kalinya. Saya masih hapal lah lokasi makamnya.. ( *bukan jalanan menuju makamnya ya.. jangan tanya, saya tahunya sudah sampai lokasi*) Tapi heran juga saya, sudah tiga kali ke pemakaman utoro loyo ini, baru kali ini saya iseng mau jalan-jalan ke sekeliling pemakaman.  Hasil iseng-isengnya ini saya jadi melihat ada batu prasasti   dan baru tahu itu adalah prasasti penghargaan dari pemerintah ( Dep. Pendidikan dan Kebudayaan DIY ) untuk istri kedua Douwess Dekker yaitu ibu JP Mossel alias  Ibu Johanna Djafar Kartodiredjo atas jasa beliau di bidang pendidikan.

3
3
4
4
Dekat batu prasasti itu juga ada makam Ibu Ibu Johanna Djafar Kartodiredjo, Bapak Djafar Kartodiredjo dan makam anaknya.
5
5
Mengapa mantan istri Douwes Dekker ini diberikan penghargaan oleh pemerintah ? Jadi, kata Wikipedia,  Ibu Johanna ini dulunya seorang guru  ( beliau mendapat ijazah guru Eropa tahun 1924), sejak 1925 ia menjadi pengajar dan asisten administrasi Ksatrian Instituut, suatu lembaga pendidikan binaan Ernest Douwes Dekker yang berdiri di Bandung.  Keduanya berkenalan di sini dan pada tahun 1926 (22 September) mereka menikah. Dari pernikahan ini tidak ada keturunan. Sewaktu DD dibuang ke Suriname (1941), Johanna ditinggal dan disarankan oleh Douwes Dekker untuk berlindung pada Djafar Kartodiredjo, seorang guru Ksatrian Instituut pula, agar tidak ditangkap oleh tentara Jepang. Namun keduanya kemudian menikah 1942, kemungkinan besar tanpa sepengetahuan Douwes Dekker. Sekembalinya Douwes Dekker dari  Suriname pada awal 1947, keduanya bertemu kembali namun tidak dapat bersatu sebagai keluarga. Di akhir 1947 keduanya kemudian bercerai.   ( * pedih bener , galaw pasti DD waktu itu * ) ( sumber : wikipedia) Saya berdoa sebentar buat Ibu Johanna, meskipun tidak mengenal beliau, tapi karena sudah berjasa bagi negara dan bangsa Indonesia. Kirim doa dari jauh juga buat ex suami Ibu Johanna  yaitu  Douwes Dekker yang dimakamkan di TMP Cikutra Bandung, kapan-kapan saya pengen juga mengunjungi makam Douwes Dekker.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun