Mohon tunggu...
Hariyanto Imadha
Hariyanto Imadha Mohon Tunggu... wiraswasta -

A.Alumni: 1.Fakultas Ekonomi,Universitas Trisakti Jakarta 2.Akademi Bahasa Asing "Jakarta" 3.Fakultas Sastra, Universitas Indonesia,Jakarta. B.Pernah kuliah di: 1.Fakultas Hukum Extension,UI 2.Fakultas MIPA,Universitas Terbuka 3.Fakultas Filsafat UGM C.Aktivitas: 1.Pengamat perilaku sejak 1973 2.Penulis kritik pencerahan sejak 1973

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Psikologi: Orang Islam Banyak yang Kemproh

6 Agustus 2013   21:27 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:33 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13757990721474490147

SEPERTI biasa, tiap shalat Ied penulis selalu membawa sajadah dan koran dan penulis masukkan dalam kantong plastik (kantong kresek). Koran buat alas sajadah supaya tidak kotor. Selesai shalat, sajadah dan koran penulis masukkan ke kantong plastik lagi. Sampai di rumah, koran penulis buang ke tempat sampah. Tidak sulit. Masalahnya adalah, banyak orang Islam yang kemproh (tidak menghargai kebersihan) . Buang sampah sembarangan. Akibatnya, tiap kali selesai shalat Ied, sampah berserakan di berbagai kota. Sebuah pemandangan yang tidak sedap telah terjadi dan selalu berulang terjadi. Sebenarnya hampir semua orang Indonesia seperti itu, namun artikel ini penulis fokuskan ke orang-orang Islam sesuai konteksnya shalat Ied berjamaah. Memperbaiki kebiasaan yg buruk ternyata belum bisa dilakukan orang Islam. Kebiasaan buruk yang berulang akan menjadi sebuah perilaku buruk . Perilaku buruk yang terus berulang akan menjadi tradisi buruk. Tradisi buruk yang terus berulang akan menjadi budaya buruk. Cari-cari alasan Kalau penulis mengatakan berperilaku buruk, maka mereka kebanyakan ngeyel dan mencari-cari alasan. Alasan yang dicari-cari antara lain: -Bersikap masa bodoh -Toh nanti akan ada petugas yang membersihkan -Sampah koran merupakan rezeki para pemulung dan akan dibersihkan para pemulung -Daripada repot-repot membawa pulang -Ah, itu kan hal yang sepele, buat apa dibesar-besarkan -Itu sudah tradisi turun temurun -Ah, tidak berdosa,kok -Hukumnya tidak wajib aja kok repot-repot amat -Memangnya kalau buang sampah sembarangan masuk neraka? -Kan nanti ada petugas yang akan membersihkannya -Dan alasan-alasan lain yang dicari-cari Orang bersalah suka mencari alasan Orang yang bersalah memang cenderung mencari-cari alasan tanpa pernah mau mengakui kesalahan atas kebiasaan buruknya. Orang yang salah, kalau diingatkan cenderung untuk membela diri. Kalau mengubah perilaku buruk yang kecil saya tidak mau atau tidak mampu, apalagi mengubah perilaku buruk yang lebih besar (pundli,kolusi,korupsi dan semacamnya).Itulah indikator kepribadian orang Islam yang sesungguhnya. Pribadi “repulsif” sebagai penyebab pokoknya Di dalam psikologi ada istilah “repulsion” (keengganan/kemalasan). Sesungguhnya banyak orang Indonesia (dalam hal ini orang Islam) yang bermental “pemalas”. Di dalam konteks psikologi disebut dengan istilah “berkepribadian repulsif”. Kalau mau jujur, kepribadian repulsif sebenarnya merupakan pribadi manusia dari sisi yang buruk. Pribadi yang demikian karena cara berpikir yang dogmatis-pasif. Penyebab lainnya -Orang tuanya/guru di sekolahnya/guru di ponpesnya/ustadz atau guru agamanya tidak pernah mengajarkan tentang pentingnya kebersihan Ciri-cirinya pribadi repulsif: -Suka menyepelekan hal-hal yang sebenarnya tidak sepele. -Tidak bisa menghargai lingkungan. -Cara berpikirnya pendek -Selalu menyiapkan alasan-alasan untuk membela diri -Merasa tidak bersalah -Menimpakan kesalahan kepada orang lain -Bersikap masa bodoh -Biasanya kurang cerdas Pribadi repulsif, sangat sulit dihilangkan. Seolah-olah telah mendarah daging. Kecuali ada kesadaran yang sangat kuat akan pentingnya sebuah kebersihan dan menyadari nahwa kebersihan adalah merupakan cermin kualitas iman seseorang. Pribadi yang tidak repulsif Orang Islam yang berkepribadian nonrepulsif, tidak akan membuang sampah sembarangan. Sebab dia menyadari betapa pentingnya aspek kebersihan dan keindahan. Sekaligus menghargai sabda Nabi Muhammad SAW. Lupa dengan ajaran Nabi Muhammad SAW Bisa tidak tahu, bisa lupa, bisa sengaja melupakan, bisa juga tidak perlu menghargai sabda Nabi Muhammad SAW Sabda Nabi Muhammad SAW Rasulullah SAW, bersabda: “An-Nadlafatu min al-iman,” (Kebersihan itu adalah bagian dari iman). Dalam hadits riwayat Turmizi, Rasulullah juga menjelaskan: Sesungguhnya Allah itu baik (indah), menyukai kebaikan (keindahan), bersih cinta kepada kebersihan, pemurah cinta kepada kemurahan, dermawan menyukai kedermawanan, maka bersihkanlah halaman pekarangan rumahmu dan janganlah kamu meniru orang-orang Yahudi (yang suka menumpuk sampah dan kotoran). Solusi Seharusnya panitia penyelenggara shalat Ied berpikir kreatif. Antara lain menyediakan tempat sampah yang cukup besar, misalnya terbuat dari multiplek. Saat menjelang selesainya shalat Ied, panitia menghimbau (berulang-ulang) agar semua umat Islam yang hadir membuang koran/kertas ke tempat sampah yang telah disediakan sekalian membaca berulang-ulang sabda Nabi Muhammad SAW tersebut. Tidak sulit. Menjadi sulit manakala panitianya sendiri juga berkepribadian “repulsif” (enggan/malas). Sumber foto: mediaindonesia.com Hariyanto Imadha Pengamat Perilaku Sejak 1973

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun