Mohon tunggu...
faisal fahmi mrp
faisal fahmi mrp Mohon Tunggu... Relawan - Pemula bersahaja

Searching.......

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bekerja dan Mencari Jalan Pintas

17 Maret 2017   00:40 Diperbarui: 17 Maret 2017   10:00 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Dok pribadi : anak yang berani melewati halangan"][/caption]

Bekerja dan Mencari Jalan Pintas

Medan 17 Maret 2017, 12:16 AM
Saya akan mengupas sedikit hasil fikiran saya dari berbagai masalah yang dihadapi manusia melalui sudut pandang saya sendiri, nah saat sekarang ini, anggapan orang tentang hambatan hidupnya bukan faktor utama dari hambatan pada jalan yang ingin mereka lalui . hambatan itu harus dilalui dan bukan untuk dihindari , contohnya seorang anak kecil akan tetap mendayung sepeda di jalan yang menanjak meskipun dirasa berat mendayung sepedanya, sebaliknya kalau orang tua renta yang melalui tanjakan tersebut, pastilah dia tidak akan kuat dan akan menghindari jalan tersebut, kalaupun dilalui pastilah dia hanya menuntun sepeda itu.

Nah hambatan itu dihindari bukan karena adanya faktor umur atau ketidak mampuan untuk melaksanakannya, namun harus diyakini dari diri sendiri, bahwa kita punya kemampuan untuk melewati hambatan tersebut, barulah hambatan itu berhasil dilalui.
Dalam dunia pekerjaan, tidak sedikit pula orang yang mengambil jalan pintas, kebanyakan dari mereka, mengambil jalan pintas adalah hal yang wajib jika ingin karirnya cemerlang. Hal inilah yang membuat pola fikir kebanyakan orang dizaman sekarang menjadi serba instan. Bayangkan seorang yang ingin bekerja di sebuah instansi perusahaan, pemerintahan ataupun instansi pendidikan akan rela mengeluarkan sejumlah uang untuk bisa berada diposisi yang dia inginkan, bahkan mereka melakukan pendekatan-pendekatan dengan atasan mereka untuk memperoleh “jaringan yang luas”. Disinilah politik uang sedikit memberi bumbu. ketika halangan itu bisa dilewati dengan usaha kantong, bukan dengan skill, maka hasil dan niat hanya terpatok pada uang semata.
Dalam dunia pendidikan masalah ini juga seperti menjamur, contoh , seorang mahasiswa tingkat akhir yang akan mempercepat urusan perkuliahan karena dikejar Deadline, mereka rela melewati ujian dengan cara melakukan Money politic dengan dosen mereka. Wahhh ini Negara sudah dihuni oleh orang yang bermata uang kali ya. Mereka kalah dengan mental anak kecil yang akan gigih berusaha tanpa menghindarinya, namun malah menghadapi dan melewatinya dengan percaya diri. Sekali lagi saya utarakan, ini bukan masalah umur, melainkan mental kita sudah harus di upp-grade ke system yang lebih canggih.
Mohon maaf jika ada pihak yang tersinggung. Bukan karena saya tidak mampu, tapi hanya ingin membandingkan mental anda dengan anak kecil, terlebih kepada anak anda sendiri.
Marilah kita sadar, siapa kita? Apakah kita dilahirkan dengan instan?, jawabannya tentu tidak. Seorang ibu akan menghadapi halangan dan rintangan ketika melahirkan seorang bayi. Saya yakin dia tidak ingin cara instan untuk anaknya.
Utamakan skill anda , jadilah penghuni bumi yang mengutamakan kemampuan, bukan uang. Karena orang diluar sana lebih mampu dan berskill daripada anda yang berkemampuan kantong belaka.
Sekian hasil buah fikiran saya, melihat keanehan yang ada dibumi pertiwi ini. Inilah Indonesiaku

Sekian. Salam saya
-faisal fahmi marpaung-

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun