Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Kompasianer Penggila Kuliner Ulik Sajian Istana

14 Desember 2015   10:30 Diperbarui: 14 Desember 2015   18:45 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sop buntut istana penampakannya lebih sederhana daripada sop buntut ala resto tapi dari segi rasa tak kalah lezat"][/caption]

Kompasianer Penggila Kuliner (KPK) beberapa waktu lalu mendapat momen langka. Jika biasanya KPK sebatas gerebek festival makanan atau tempat makan tertentu, pada 12/12 lalu KPK gerebek istana negara. Seperti apa sih sajian istana? Apakah cita rasanya begitu dahsyat mengguncang lidah?

Saat ditelpon untuk menghadiri makan siang di istana, saya tidak berpikir muluk-muluk. Memang ini kesempatan istimewa dan kehormatan bagi rakyat awam seperti saya, tapi karena saya bukan lover/hater Presiden Joko Widodo, maka saya punya agenda tertentu di acara ini. Tidak lain adalah menjalankan fungsi sebagai anggota KPK. Icip-icip masakan istana sambil merasai nuansa bersantap siang di istana negara.

Toh artikel yang menulis tentang jalannya acara, pesan yang disampaikan perwakilan kompasianer dan nasihat Presiden sudah banyak. Jadi saya ingin menulis sesuatu yang berbeda, yang ringan, tapi berkesan di lidah dan ingatan.

Saat memasuki ruangan, kami lalu disila untuk menempati meja bertaplak putih yang telah disiapkan. Di meja sudah ada segelas air minum, serbet, dan alat makan. Saya berpikir-pikir apakah cara makannya bakal dilayani atau ala prasmanan. Tapi melihat peralatan makannya yang tidak banyak dan melihat deretan masakan di meja sebelah, saya kontan berkomentar, oh ala prasmanan. Lebih santai dan praktis.

Hanya ada dua deret meja panjang dengan menu yang sama. Tidak ada gubuk-gubuk. Tidak mewah. Seperti hendak makan siang di acara-acara biasa.

Sambil menunggu kehadiran Presiden, saya mengamati lampu-lampu kristal yang menghiasi langit-langit. Bangunan ini nampak klasik dengan lampu kristal sekaligus etnik karena ada sentuhan Jawa di ukir-ukiran. Dan pasti akan semakin bernuansa romantis pada malam hari. Di dinding juga terpasang wajah-wajah para Presiden yang pernah memimpin bangsa Indonesia.

Mengisi waktu kami lalu menebak-nebak kira-kira makanan apa yang bakal kami santap. Apakah masakan Surakarta dengan nasi liwet, serabi, dan dawet ataukah masakan nusantara lainnya?

Belum selesai ngerumpi, Presiden Jokowi pun hadir dan kami langsung diajak makan. Suasananya tidak begitu formal sehingga kompasianer pun langsung antri makan di
belakang Jokowi.

Rupanya tidak begitu banyak jenis masakan yang dihidangkan. Menunya perpaduan nusantara dan mancanegara. Tidak ada tema khusus.

Ada apa aja ya di meja? Ada sop buntut, udang gulung, martabak bayam dengan rempah-rempah, ayam, nasi kebuli, ayam bumbu rujak, lontong dan sambal. Lontong ini mungkin kawan untuk santap sop jika enggan menyantap nasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun