Mohon tunggu...
Dewi Puspasari
Dewi Puspasari Mohon Tunggu... Konsultan - Penulis dan Konsultan TI

Suka baca, dengar musik rock/klasik, dan nonton film unik. Juga nulis di blog: https://dewipuspasari.net; www.keblingerbuku.com; dan www.pustakakulinerku.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Gagap Mitigasi Bencana di Film Bangkit

31 Juli 2016   14:33 Diperbarui: 31 Juli 2016   14:44 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Poster Film Bangkit (sumber: movie.co.id)"][/caption]

Sepanjang menonton film Bangkit yang tayang sejak Kamis (28/7),  benak saya berpikir keras. Film tentang bencana alam yaitu banjir dan gempa ini bagi saya menarik karena menunjukkan bagaimana situasi yang bakal dihadapi warga Jakarta jika suatu saat mengalami banjir yang lebih dahsyat dibandingkan tahun 2007. Yang paling menyentil dari film ini adalah kesiapan pemerintah dan warga menghadapi bencana. Di dalam film ini pemerintah terlihat gagap dalam mitigasi bencana, membuat saya bertanya-tanya bagaimana sebenarnya realita kesiapan Pemda DKI dan instansi terkait dalam menghadapi bencana alam?

Film Bangkit bercerita tentang hujan deras yang terus melanda Jakarta. Curah hujan yang tinggi membuat sebagian wilayah mulai banjir. Addri (Vino G Bastian) sebagai anggota tim SAR merasa aneh dengan fenomena alam ini. Ia lalu bekerja sama dengan Arifin (Deva Mahenra), pegawai BMKG yang ditolongnya ketika terjebak banjir di parkiran basement.

Rupanya banjir yang dahsyat ini dikarenakan dampak badai musim dingin di Asia dan badai musim panas di Australia. Bukan hanya banjir besar yang siap menenggelamkan Jakarta, melainkan juga gempa bumi yang siap meluluhlantakkan jembatan dan bangunan ibukota. 

Secara keseluruhan filmnya cukup bagus, apalagi ditunjang teknologi CGI dimana hal ini masih jarang digunakan di film nasional. Beberapa adegan yang menggunakan CGI memang masih kasar, tapi sebagai awalan saya rasa upaya sutradara, Rako Prijanto, ini patut diacungi jempol.

Dari segi akting, Vino G Bastian dan Putri Ayudya sebagai pasangan suami istri tampil prima. Acha Septriasa dan Deva Mahenra yang berperan menjadi pasangan kekasih yang batal menikah pun tidak mengecewakan.

Paragraf berikut ini mengandung spoiler. 

Yang agak mengganggu dalam film ini adalah plot hole yang bertebaran, lokasi bencana alam yang terkesan pilih-pilih tempat, dan juga penanggulangan bencananya yang terkesan serampangan dan tidak terpadu.

Saya pernah merasakan dampak banjir tahun 2007, betapa chaos-nya Jakarta masa itu. Waktu itu tempat kos mati lampu dan air PAM pun mati, sehingga saya terpaksa mandi di kantor. Menuju kantor juga harus naik bajai karena genangan di beberapa tempat mencapai selutut. Di dekat RSI malah ada yang sampai semeter. Kawan yang bekerja di RS tersebut bercerita jika ia pulang dengan naik gerobak dengan tarif Rp 50 ribu. 

Di kantor pun sepi karena banyak pegawai yang tidak bisa masuk kerja karena terhalang oleh banjir di berbagai tempat. Kantor pun kemudian memberikan dispensasi beberapa hari ke pegawai yang daerahnya terlanda banjir. Warung-warung dekat kantor tutup membuat saya harus bersiap bekal roti untuk makan siang, bus Trans Jakarta dan angkutan lainnya tidak terlihat karena di beberapa tempat banjir belum susut. 

Sayangnya situasi kacau tersebut kurang terlihat di Bangkit. Hanya ada beberapa titik yang terkena banjir parah, selebihnya kering kerontang, membuat saya berpikir keras tentang peta banjir Jakarta. Begitu juga ketika ada bencana gempa, bencananya pun pilih-pilih tempat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun