Aha....jadi begini rupanya cara membuat orang seantero negeri ini gemar membaca... Seperti pagi yang lain, tak pernah lupa saya sapukan pandangan keseluruh sisi tram. Tidak terlalu padat karena sudah hampir jam 9. Seperti biasa pula semua penumpang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Yang pasti semua menundukkan pandangan. Beberapa bergumam melantunkan lagu menirukan suara dari headset. Saya coba melirik ke sebelah. Ah...sedang memegang sebuah gadget. Bukan tablet tapi ereader. Penasaran, meski mata agak capek melirik saya coba mencuri padang apa yang ia baca. Hmm...dari layout dan cara penulisan kata ganti sepertinya wanita muda tersebut sedang menikmati novel. [caption id="attachment_309067" align="aligncenter" width="640" caption="Buku Monitoring (Foto: Ana)"][/caption] Belum selesai pengamatan pertama naiklah seorang wanita usianya sekitar 70-an. Begitu duduk di bangku seberang ia langsung mengeluarkan sebuah buku yang cukup tebal dengan ketebalan sekitar 1.5 sentimeter. Beberapa menit kemudian seorang wanita muda berambut panjang dengan menjinjing dua tas berdiri di hadapan saya. Saat itu tram sudah mulai penuh. Ia langsung mengeluarkan tablet dan terus menatapnya. Akhirnya, saya tahu ia sedang membaca novel setelah duduk disamping saya. Beberapa minggu lalu seorang anak perempuan, usianya sekitar 10 tahun, dikedua jemari telunjuknya terlilit benang rajutan sementara jari yang lain memegang sebuh buku. Sesekali ia mainkan telunjuknya sesekali berhenti dan melanjutkan kembali aktivitas membaca. Kali lain saya dapati gelandangan negara maju di seputar kota Melbourne ini. Sambil rebahan atau sekedar duduk bersama buntelan barang-barangnya ia sibuk menekuri sebuah buku. Apa gerangan yang mampu membentuk sebuah kebiasaan kolektif negeri ini ya? Begini ceritanya, sejak Amira masuk sekolah saya mempunyai kebasaan baru. Ya...saya tidak bisa menahan rasa penasaran tentang apa yang dilakukan anak kecil itu di sekolah. Setiap sore bahkan begitu keluar gerbang sekolah sambil menyusuri jalanan pulang ia sudah saya interogasi. Saya berharap dengan senang hati ia ceritakan pengalamannya di sekolah. Hari pertama di sekolah ia sudah menjinjing tas biru yang berisi dua buah buku. Ia katakan, satu buku merupakan buku bacaan. Buku yang lain buku monitoring yg harus saya isi. Malam harinya dengan antusias gadis usia 8 tahun itu langsung membuka buku cerita yang pastinya ia tidak memahami isinya. Saya hanya sarankan untuk membuka kamus. Sayang, paginya saya lupa menulis komentar di buku. Biarlah, fikir saya, yang penting aktivitas membaca ditunaikan. [caption id="attachment_309068" align="aligncenter" width="640" caption="Penghargaan untuk pencapaian membaca buku (Foto: Ana)"]
Simak juga:
12 Hari Hidup di Atas Roda Avanza