Mohon tunggu...
Nur Ana Sejati
Nur Ana Sejati Mohon Tunggu... pegawai negeri -

PNS, Blogger, Ibu tiga anak, mahasiswa tinggal di Melbourn, tertarik pada masalah kinerja pemerintah daerah, pengelolaan, keuangan daerah, sistem pengendalian intern pemerintah, dan bermimpi menjelajah kota-kota dunia... silakan mampir juga di blog pribadi www.anasejati.wordpress.com atau www.warungkopipemda.com bagi pemerhati masalah pemerintahan daerah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membaca, PR Anak SD Australia

16 Desember 2013   16:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:52 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aha....jadi begini rupanya cara membuat orang seantero negeri ini gemar membaca... Seperti pagi yang lain, tak pernah lupa saya sapukan pandangan keseluruh sisi tram. Tidak terlalu padat karena sudah hampir jam 9. Seperti biasa pula semua penumpang sibuk dengan aktivitas masing-masing. Yang pasti semua menundukkan pandangan. Beberapa bergumam melantunkan lagu menirukan suara dari headset. Saya coba melirik ke sebelah. Ah...sedang memegang sebuah gadget. Bukan tablet tapi ereader. Penasaran, meski mata agak capek melirik saya coba mencuri padang apa yang ia baca. Hmm...dari layout dan cara penulisan kata ganti sepertinya wanita muda tersebut sedang menikmati novel. [caption id="attachment_309067" align="aligncenter" width="640" caption="Buku Monitoring (Foto: Ana)"][/caption] Belum selesai pengamatan pertama naiklah seorang wanita usianya sekitar 70-an. Begitu duduk di bangku seberang ia langsung mengeluarkan sebuah buku yang cukup tebal dengan ketebalan sekitar 1.5 sentimeter. Beberapa menit kemudian seorang wanita muda berambut panjang dengan menjinjing dua tas berdiri di hadapan saya. Saat itu tram sudah mulai penuh. Ia langsung mengeluarkan tablet dan terus menatapnya. Akhirnya, saya tahu ia sedang membaca novel setelah duduk disamping saya. Beberapa minggu lalu seorang anak perempuan, usianya sekitar 10 tahun, dikedua jemari telunjuknya terlilit benang rajutan sementara jari yang lain memegang sebuh buku. Sesekali ia mainkan telunjuknya sesekali berhenti dan melanjutkan kembali aktivitas membaca. Kali lain saya dapati gelandangan negara maju di seputar kota Melbourne ini. Sambil rebahan atau sekedar duduk bersama buntelan barang-barangnya ia sibuk menekuri sebuah buku. Apa gerangan yang mampu membentuk sebuah kebiasaan kolektif negeri ini ya? Begini ceritanya, sejak Amira masuk sekolah saya mempunyai kebasaan baru. Ya...saya tidak bisa menahan rasa penasaran tentang apa yang dilakukan anak kecil itu di sekolah. Setiap sore bahkan begitu keluar gerbang sekolah sambil menyusuri jalanan pulang ia sudah saya interogasi. Saya berharap dengan senang hati ia ceritakan pengalamannya di sekolah. Hari pertama di sekolah ia sudah menjinjing tas biru yang berisi dua buah buku. Ia katakan, satu buku merupakan buku bacaan. Buku yang lain buku monitoring yg harus saya isi. Malam harinya dengan antusias gadis usia 8 tahun itu langsung membuka buku cerita yang pastinya ia tidak memahami isinya. Saya hanya sarankan untuk membuka kamus. Sayang, paginya saya lupa menulis komentar di buku. Biarlah, fikir saya, yang penting aktivitas membaca ditunaikan. [caption id="attachment_309068" align="aligncenter" width="640" caption="Penghargaan untuk pencapaian membaca buku (Foto: Ana)"]

13871848301362752588
13871848301362752588
[/caption] Ternyata apa yang saya lakukan sangat merugian Amira. Pertama, ia kehilangan kesempatan mendapatkan buku lain. Setelah beberapa hari barulah saya ketahui bahwa buku akan ditukar jika anak telah menyelesaikan bacaan yang dilihat dari komentar orang tua. Kedua, kesempatan Amira mendapat hadiah menjadi tertunda. Ya...buku kontrol tersebut memberikan hadiah berupa stiker yang sangat menarik jika jumlah hari membaca telah mencapai 25, 50,75,100 dst. Bukan cuma itu, buku kontrol tersebut mengharapkan peran aktif ortu untuk membangkitkan minat baca anak. Sejak saat itu pulalah saya berusaha menyempatkan waktu memerankan diri sebagai guru di rumah. Tugas saya memancing anak untuk menebak terlebih dahulu isi buku yang akan dibaca dengan melihat judul dan gambar atau diistilahkan predict. Barulah kegiatan membaca dimulai. Selesai membaca buku didiskusikan bersama-sama. Jadi, kalau selama ini saya berharap anak rajin membaca dengan menyuruh membaca sepertinya salah besar. Anak akan giat membaca jika orang tua turut dalam proses pembiasaan itu. Oya, satu lagi tips lain adalah membiasakan membaca buku sebelum tidur. Dulu kita sering dinasehati jangan membaca sambil tiduran nanti matanya sakit. Sebaliknya, buku monitoring tersebut malah menyarankan ortu membelikan lampu baca di ruang tidur. Aha...pantas lima tahun lalu saat menjalani profesi sebagai house keeper di apartemen selalu saya temukan buku yang tergeletak di meja tepat disamping tempat tidur. [caption id="attachment_309069" align="aligncenter" width="551" caption="(Foto: Ana)"]
1387184942533444722
1387184942533444722
[/caption] Bisakah tips ini diterapkan di negeri kita? Sulit...jika anak masih dibebani pelajaran yang begitu banyak seperti saat ini. Kebiasaan membaca haruslah diintegrasikan dengan kurikulum. Setiap saya tanyakan Amira tadi belajar apa? IPA? IPS? dia hanya katakan:  main-main di sekolah, main game, holahop, menulis, membaca, olah raga, menjahit, menyanyi pakai bahasa jepang. Hingga saat ini anak grade 2 itu tidak pernah mendapat PR kecuali membaca buku cerita.

Simak juga:

12 Hari Hidup di Atas Roda Avanza

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun