Mohon tunggu...
Ali Romdhoni
Ali Romdhoni Mohon Tunggu... -

Peneliti. Penyair. Budayawan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kontekstualisasi Ajaran Kiai Madrais

18 Oktober 2012   01:02 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:43 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1350522085165096899

[caption id="attachment_218484" align="alignnone" width="448" caption="Wilujeng Sumping... Madraisme"][/caption] Menghadirkan Kembali Nilai-nilai Madraisme

[BAGIAN KEEMPAT]

Oleh ALI ROMDHONI MA

Dari penjelasan dalam paragraf-paragraf di atas menjadi jelas, bahwa Madrais merupakan seorang nasionalis yang anti penjajahan, oleh siapa pun. Karena penjajahan bertentangan dengan cara dan ciri manusia dan bangsa. Gerakan pembelajaran kebangsaan yang dilakukan Madrais ini hampir bersamaan dengan gerakan pendidikan kerakyatan yang dilakukan Kiai Haji Ahmad Rifa’i (meninggal 1875) di Kendal, Jawa Tengah dan gerakan perlawanan kultural yang dilakukan Ki Samin Surasentika (meninggal 1914) di Blora, Jawa Tengah. Kedua tokoh legendaris ini juga pernah mengalami masa-masa pengasingan dan menjadi pemimpin yang membuat penjajah Belanda bergetar ketakutan.

Kiai Rifa’i merupakan pimpinan pondok pesantren yang menolak pranata sosial yang dibuat penjajah. Alasannya jelas, Belanda telah menetapkan hukum yang memberatkan masyarakat Indonesia sambil mengeruk kekayaan yang ada di negeri ini. Ki Samin merupakan tokoh masyarakat petani. Dia menolak membayar pajak atas tanah persawahan kepada penjajah Belanda, karena orang kulit putih ini terang-terangan telah merampok hasil pertanian yang mereka hasilkan. Madrais sendiri mengajarkan kepada para pengikutnya agar menjadi bangsa yang mandiri, yang makan dan minum dari hasil kerja keras kita. Menjadi bangsa yang berdaulat tetapi memiliki rasa cinta dan kasih kepada sesama.

Menurut hemat saya, sampai hari ini pun generasi bangsa Indonesia membutuhkan pembelajaran nilai-nilai sebagaimana telah ditancapkan dalam-dalam di nurani dan nalar sehat masyarakat Indonesia kala itu. Apa yang membanggakan dari perilaku bangsa kita, yang para pimpinannya korup, masyarakatnya tidak memiliki etos kerja, para pemeluk agamanya mendustakan ajaran, dan generasi mudanya gemar berbudaya hidup glamor. Tidak ada sama sekali. Sekali lagi, kepada kita sejatinya telah diwariskan ajaran dan tindakan yang mengantarkan kita menjadi bangsa berdaulat. Bangsa yang menghargai dan menjaga kekayaan dan anugerah dari Tuhan. Bangsa yang memiliki rasa welas dan asih kepada manusia dan kehidupan.

Kita patut bangga memiliki para pendahulu seperti Kiai Rifa’i, Ki Samin, dan Pangeran Madrais. Wallahu a’lam bis-shawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun