Mohon tunggu...
Alfred Benediktus
Alfred Benediktus Mohon Tunggu... Editor - Menjangkau Sesama dengan Buku

Seorang perangkai kata yang berusaha terus memberi dan menjangkau sesama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kelinci Percobaan Bernama Kurikulum?

2 Mei 2024   15:14 Diperbarui: 2 Mei 2024   15:14 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(sumber: modaydaily.com)

KELINCI PERCOBAAN BERNAMA KURIKULUM?

Gerundelan Orang Pinggiran

Oleh: Alfred B. Jogo Ena

Sejak Indonesia merdeka hingga hari ini, sudah ada 11 Kurikulum (bdk radaredukasi.com) yang berlaku dalam sistem pendidikan kita. Penulis sendiri mengalami kurikulum 1975, 1984, 1994 (terhitung sejak kelas 1 SD tahun hingga tamat kuliah tahun 2000). Tetapi yang paling kencang uji coba kurikulumnya adalah selama 20 tahun terakhir. Sejak tahun 2004 hingga 2005 ada lima kurikulum yang berlaku. Bisa dikatakan secara kasar demikian setiap lima tahun, setiap ganti menteri pendidikan, ganti pula kurikulumnya. Yang terakhir adalah Kirikulum Merdeka Belajar. Saya belum sunggh pahami apa filosofi dasar kurikulum ini, sekalipun terlibat sebagai guru (meski honorer).

Perubahan kurikulum dalam dunia pendidikan memang memberikan pengaruh pada berbagai pihak termasuk guru, orang tua, siswa, dan yayasan. Entah apa yang melatarbelakangi pemikiran para pakar pendidikan sehingga "dengan seenaknya" saja terus mengubah-ubah system kurikulum kita. Akan sistem uji coba (kelinci percobaan) ini terus terjadi seturut kehendak politis para pejabat terkait yang saban lima tahun berganti? Faktor-faktor apa saja yang melandasi perubahan ini tidak pernah transparan disampaikan kepada publik. Rakyat, dalam hal ini sekolah (yayasan dan tenaga pendidik) dan orang tua serta siswa hanya bisa menerima dan menjalaninya dengan atau tanpa gerundelan. Tak ada pilihan lain. Yang tidak mau ribet dengan sistem kurikulum semacam ini, ya tidak perlu menyekolahkan anaknya hehe.

(sumber: kumparan.live)
(sumber: kumparan.live)

Menurut hemat penulis, sistem kurikulum yang dibuat tidak berdasarkan kebutuhan tetapi berdasarkan try and error, dibuat seperti "kelinci percobaan" akan menghasilkan beberapa pengaruh, antara lain:

Pertama-tama adalah Guru. Guru harus selalu mengikuti perkembangan kurikulum dan belajar memahami konsep-konsep baru yang diperkenalkan dalam kurikulum baru. Hal ini kadang-kadang berdampak pada pelatihan atau pengembangan profesionalisme guru. Mereka harus mengasimilasi kembali semua informasi pada kurikulum yang baru. Guru seperti disuruh untuk berlari mulai dari sprint (100 m) hingga marathon (25 km) dalam satu tarikan nafas. Guru seperti diperlakukan sebagai korban percobaan. Sementara numerasi kesejahteraan guru sangatlah kecil dibandingkan dengan bidang-bidang lain. Bahkan mereka yang dibiayai dengan gaji ratusan juga kerjanya tidak lebih sulit dan rumit dari para guru, sudah begitu masih korupsi lagi. Mereka masih "memakan" yang seharusnya diberikan untuk guru, sebab gurulah garda terdepan sumber daya manusia (SDM).

Kedua Orang Tua. Orang tua tentu berpengaruh dalam pendidikan anaknya. Ketidakstabilan kurikulum sering kali membuat mereka merasa tidak yakin dan khawatir apakah anak-anak mereka akan menerima pendidikan yang berkualitas, serta menyesuaikan kembali sistem belajar yang baru. Akan selalu ada kecemasan setiap tahun. "Tahun ajaran baru nanti, kurikulum apalagi yang akan berlaku." Orang tua harus terus melakukan penyesuaian, bukan saja sibuk mencari biaya pendidikan, tetapi mereka perlu pula mengikuti perkembangan pendidikan supaya tidak ketinggalan. Bagaimana dengan orang tua di pedalaman yang serahkan sepenuhnya pada guru?

Ketiga Siswa. Mereka yang terdampak secara langsung. Perubahan kurikulum dapat berdampak positif pada siswa, tetapi juga dapat memberikan stres dan kecemasan dalam menghadapi pelajaran yang baru dan mengambil inisiatif untuk belajar. Mereka harus beradaptasi dengan perubahan yang datang dengan cepat. Saat tahun berjalan mereka memakai kurikulum 2013, tahun berikutnya Kurikulum Merdeka Belajar. Entah nanti kelas berikutnya akan ada kurikulum "Terserah Belajar atau Apalah Belajar?"

Dampak keempat tentu pihak Yayasan (khusus untuk sekolah swasta). Perubahan kurikulum juga memberikan dampak pada peran yayasan pendidikan. Yayasan harus memastikan bahwa program yang ditawarkan sesuai dengan kurikulum yang disetujui dan memberi dukungan dana atau sumber daya untuk memasukkan kurikulum baru ke dalam sistem pendidikan. Hal ini berkaitan dengan buku-buku dan kinerja guru-gurunya. Apakah Yayasan siap dengan sistem yang demikian? Supaya tidak tereliminasi, tentu yayasan akan ikut dalam sistem yang terus berubah itu.

Tentu saja untuk meminimalisasi dampak-dampak negatif yang timbul akibat adanya perubahan kurikulum, perlu adanya kolaborasi antara yang terkait dengan pendidikan. Hal ini dilakukan agar perubahan dapat disikapi secara positif dan memberikan dampak yang baik pada pendidikan siswa. Satu usulan untuk para pakar pendidikan, sekali-sekali jadi siswa di pedalaman sana yang diajari oleh guru yang ala kadarnya (karena aneka keterbatasan) sehingga Anda punya empati dan simpati kepada para guru, orang tua dan siswa. Bukan hanya di kota saja yang menjadi barometer atau acuan berlaku tidaknya sebuah sistem pendidikan.  

(sumber: hasrianrudisetiawan1.blogspot.com)
(sumber: hasrianrudisetiawan1.blogspot.com)

Semoga Hari Pendidikan Nasional ini memberikan pencerahan atau permenungan yang komprehensif kepada para pejabat dan pakar pendidikan. Bahwa desainlah sebuah kurikulum sesuai dengan kebutuhan, bila perlu kurikulumnya disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat lokal, bukan berdasarkan proyek (saya dapat apa berapa dan siapa saja ikut makan).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun