Mohon tunggu...
Albertus Hendro
Albertus Hendro Mohon Tunggu... -

Belajar bersyukur dan pelari pagi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

"Uber"isasi Investasi

8 Juni 2016   18:35 Diperbarui: 8 Juni 2016   22:33 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
uberisasi investasi

Di era digital seperti sekarang ini, banyak penyedia layanan yang memudahkan hidup kita sebagai penggunanya. Banyak on-demand service yang dibuat digital misalnya go-jek, grab dan juga uber (masih banyak layanan lain). Sebagai pengguna tinggal mendaftar secara gratis kemudian memakai layanannya dengan tarif yang transparan kemudian kita bisa memonitor pesanan kita. Sangat nyaman dan mudah prosesnya. 

Kalau kita ingin pergi ke suatu tempat untuk makan siang sewaktu jam kantor misalnya, sering memakai taksi yang prosesnya cukup ribet dari mencari taksi, kemudian memberitahukan tujuan kita serta kadang harus menunjukkan rute terdekat menurut kita (yang sudah biasa) serta sewaktu membayar sering dibuat sibuk jika tidak ada kembalian. Harus menunggu uang kembalian jika kita membayar secara cash. Peluang ini dilihat oleh Uber sebagai salah satu aplikasi untuk mencari kendaraan ketika kita akan pergi ke suatu tempat. 

Cukup memberitahukan tempat jemputannya, kemudian tujuan kita kemana. Aplikasi akan memberikan rute serta estimasi tarifnya secara transparan. Kita cukup order dari tempat duduk kita yang nyaman kemudian akan dicarikan kendaraan dan juga supirnya. Kita juga bisa melihat berapa lama lagi kendaraan kita akan datang sehingga kita bisa bersiap-siap keluar ke jalan tempat penjemputan. Kalau sudah sampai tempat tujuan kita tinggal turun, dan proses pembayaran serta buktinya sudah dilakukan oleh aplikasi. Kita bisa monitor dari awal sampai akhir dengan nyaman. Tanpa ribet.

Untuk masa depan kita bisa nggak sih semudah itu? Kalau berhubungan dengan investasi sering kita langsung bertanya produk apa yang bagus untuk dibeli sehingga mendapat hasil yang baik. Gak ada yang salah sih, hanya kurang tepat. Kita aja belum tahu tujuan mau kemana sudah nanya pakai kendaraan apa. Ada satu penasehat keuangan yang terkenal dengan jawaban yang khas kalau ditanya pertanyaan tentang pilihan produk.

"Tujuan lo apa?" - Ligwina Hananto

Bisa gak sih kalau investasi gak ribet, tapi semudah pesan uber? bisa banget! Kita lihat prosesnya kalau pake uber: download dan registrasi, tentukan titik awal dan tujuan, memulai perjalanan dan monitoring, sampai tujuan. Prinsip yang sama bisa dipakai untuk Investasi Masa Depan. Invesatsi Reksadana di Danareksa Investment Management (DIM) bisa pakai prinsip pakai Uber. Reksadana itu kan sarananya jadi mirip mobilnya, sedangkan DIM itu sopirnya yang menentukan mobilnya mau ke arah mana secepat apa. DIM punya SIM (lisensi dari Otoritas Jasa Keuangan/OJK) dan ada Polisi yang ngawasi dan jagain uang kita (Bank Kustodi). Tentunya ada rambu-rambu lalu lintas yang sudah dibuat untuk reksadana dari OJK.

Download dan Registrasi. Mirip dengan Uber, kita harus download dan registrasi dengan mendaftar dan membuka rekening di DIM. Tenang duitnya gak perlu ditransfer langsung ke DIM, tapi nanti di transfer ke rekening bank yang dipegang sama polisinya (bank kustodi) sehingga aman.

Tentukan Titik Awal dan Tujuan. Bagaimana menentukan titik awal kalau investasi? DIM punya cara untuk mengetahui profil risiko investasi kita. Seberapa besar kita mau menerima kerugian. Karena investasi itu selalu berisiko, dari yang kecil sampai besar. Jadi kita mesti tahu seberapa tahan kita melihat investasi kita rugi. Terus seberapa besar kita mau investasi kita berkembang, misalnya mau punya duit 1 milyar dalam waktu 5 tahun. 

Itu adalah tujuan kita, yang tentunya itu salah satu masa depan yang akan kita capai. Karena Investasiku adalah Masa depanku, jadi tujuannya mesti kita sendiri yang nentuin. DIM bisa bantu gimana ngitung tujuannya. Kalau sudah tahu tujuan dan profil resikonya, kita bisa milih kendaraannya (produk reksadananya). Ada yang kencang larinya (hasil besar dan juga resiko juga besar), ada yang sedang atau lambat. Biasanya semakin kecil resikonya, pengembaliannya juga kecil. Kita pilih sendiri produknya terus siapin duitnya di rekening bank kita supaya bisa langsung bisa beli.

Mulai Perjalanan dan Monitoring. Nah kalau mau mulai perjalanannya, beli produknya. Waktu beli kita akan diberi bukti kepemilikan yaitu Unit Penyertaan. Dan untuk tahu nilai investasinya perlu harga per unit yang namanya adalah NAB/unit bisa dilihat di koran/internet setiap hari. Semua aman karena ada yang mencatat (bank kustodi).  Setelah kita beli produknya kita bisa lihat perkembangannya (monitor) lewat laporan bulanan portfolio-nya. Kita bisa lihat juga seberapa berkembangnya investasi kita dan seberapa jauh tujuan kita akan tercapai. Kelihatan semua. Transparan termasuk biaya yang dikenakan sewaktu beli produknya. Jadi seperti Uber kita bisa lihat perjalanan kita.

Sampai Tujuan. Karena kita bisa monitor setiap waktu, kita bisa tahu juga ketika sudah sampai tujuan. Kalau sudah tercapai tentunya terserah kita mau cepat-cepat turun (merealisasikannya dengan menjual kembali) atau dibiarin aja supaya terus berkembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun