“Ruben, kenapa sih perempuan selalu dianggap lebih rendah daripada laki-laki?”, kata indri, teman saya.
“Ya karena kalian lemah. Yang lebih lemah selalu dianggap lebih rendah.”
“harusnya setara dong..kesetaraan gender..”, kata indri lagi.
“kesetaraan gender, huahaha..konyol! Mana bisa setara kalau yang satunya lebih lemah? ”
Terdengar jahat? Ngga sih sebenarnya. Yang mau saya bilang cuma kenyataan kalau di dunia ini, sebenarnya laki-laki tidak pernah menganggap wanita lebih rendah darinya. Hanya wanita yang lebih lemah dari laki-laki, yang dianggap lebih rendah. Simpelnya ini bukan masalah gender, ini masalah power. Dan power bentuknya macam-macam.
Intelektualitas
Saya sendiri jaman SD dulu setiap caturwulan (semacam semesteran sekarang), reputasi belajarnya selalu diinjak-injak oleh seorang cewek yang betah nangkring di rangking pertama. Cewek itu melihat raportnya sekilas, mungkin sambil membatin “ah, rangking satu lagi”, lalu melihat kami para laki-laki dengan kecerdasan lebih rendah sambil tersenyum penuh kemenangan.
Itu power juga. Dengan itu, dia membuat dirinya ada di atas kami semua. Kami, laki-laki yang lebih suka main Nintendo daripada mengerjakan PR, harus rela memohon-mohon untuk diijinkan mencontek PR padanya. Kesetaraan gender? Dia ga perlu itu.
Lalu tahu Marie Curie, dan anaknya Irene Joliot Curie? Mereka berdua ibu dan anak sama-sama peraih nobel kimia di bidang penelitian radio aktif. Perempuan, tapi berhasil menyikirkan ribuan ilmuan laki-laki yang kurang bermutu dibanding mereka. Saya kira mereka juga ga akan meributkan kesetaraan gender.
Disayangi