Mohon tunggu...
Adolf Roben
Adolf Roben Mohon Tunggu... Administrasi - Pekerja kantoran

Pemuda paruh baya pada umumnya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kesetaraan Gender itu Konyol

29 Maret 2016   01:08 Diperbarui: 29 Maret 2016   01:16 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Ruben, kenapa sih perempuan selalu dianggap lebih rendah daripada laki-laki?”, kata indri, teman saya.

“Ya karena kalian lemah. Yang lebih lemah selalu dianggap lebih rendah.”

“harusnya setara dong..kesetaraan gender..”, kata indri lagi.

“kesetaraan gender, huahaha..konyol! Mana bisa setara kalau yang satunya lebih lemah? ”

 

Terdengar jahat? Ngga sih sebenarnya. Yang mau saya bilang cuma kenyataan kalau di dunia ini, sebenarnya laki-laki tidak pernah menganggap wanita lebih rendah darinya. Hanya wanita yang lebih lemah dari laki-laki, yang dianggap lebih rendah. Simpelnya ini bukan masalah gender, ini masalah power. Dan power bentuknya macam-macam.

Intelektualitas

Saya sendiri jaman SD dulu setiap caturwulan (semacam semesteran sekarang), reputasi belajarnya selalu diinjak-injak oleh seorang cewek yang betah nangkring di rangking pertama. Cewek itu melihat raportnya sekilas, mungkin sambil membatin “ah, rangking satu lagi”, lalu melihat kami para laki-laki dengan kecerdasan lebih rendah sambil tersenyum penuh kemenangan.

Itu power juga. Dengan itu, dia membuat dirinya ada di atas kami semua. Kami, laki-laki yang lebih suka main Nintendo daripada mengerjakan PR, harus rela memohon-mohon untuk diijinkan mencontek PR padanya. Kesetaraan gender? Dia ga perlu itu.

Lalu tahu Marie Curie, dan anaknya Irene Joliot Curie? Mereka berdua ibu dan anak sama-sama peraih nobel kimia di bidang penelitian radio aktif. Perempuan, tapi berhasil menyikirkan ribuan ilmuan laki-laki yang kurang bermutu dibanding mereka. Saya kira mereka juga ga akan meributkan kesetaraan gender.

Disayangi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun