Mohon tunggu...
Achmed Sukendro
Achmed Sukendro Mohon Tunggu... TNI -

Membaca Menambah Wawasan, Menulis Berbagi Wawasan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Melihat Pengemis di Tanah Suci

23 Juli 2013   17:20 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:09 1657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_276986" align="aligncenter" width="620" caption="Ilustrasi/Admin (Kompas.com)"][/caption] Bulan Ramadhan, selain bulan suci yang hingar-bingar dengan kegiatan yang berhubungan dengan puasa itu sendiri seperti sahur, munculnya pedagang makanan dan minuman untuk berbuka puasa, juga hingar bingar yang sifatnya nonritual atau ibadah, yakni budaya, Ramadhan khas indonesia di antaranya mudik, lebaran, naiknya harga kebutuhan pokok, hebohnya ditinggal pembantu, juga yang negatif-negatif seperti naiknya angka kriminalitas, banyaknya pengemis yang berdatangan ke Jakarta. Bukan rahasia lagi minggu-minggu akhir Ramadhan menjelang lebaran, masyarakat di beberapa daerah di Jawa Barat berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk menjadi pengemis. Berbagai cara, taktik dilakukan agar bisa "sukses" mengemis di Jakarta. Bayangkan ada pengakuan seorang ibu-ibu pengemis di daerah Rawasari mampu meraup minimal 200 sampai 300  ribu per hari. Bandingkan dengan gaji pegawai negeri rendahan macam saya yang penghasilan satu bulan hanya kisaran 3 sampai 4 juta itu pun bukan jumlah yang bisa dibawa pulang ke rumah (take home pay) karena harus dipotong sana-sini mulai dari arisan bini sampai potongan koperasi karena ngutang keperluan anak-anak sekolah mulai dari seragam sampai kursus, juga tentunya potongan dari dealer atau leasing karena kredit motor yang dipakai untuk pergi ke kantor. Beberapa tahun lalu saya dikaruniai berkah oleh Tuhan untuk dapat menginjakkan kaki di Tanah Suci, kota Mekkah dan Madinah, sambil beribadah, memanfaatkan waktu longgar dengan menyalurkan rasa usil saya untuk melihat dan mengamati pengemis di Kota Mekkah maupun Madinah, dua kota suci yang sepanjang tahun dikunjungi oleh jutaan umat manusia dari seluruh dunia. Ada gula ada semut, ada potensi ada yang mendatangi, termasuk profesi yang mudah dan cepat serta besar dapat duitnya. Menurut pengamatan saya. Maaf, maaf ini sangat subyektif dan bukan akademis, para pengemis di tanah suci (kota makkah dan madinah yang terbanyak ada di Makkah) sebagai berikut: a. Semuanya warga non-Saudi, pada umumnya adalah dari ras negroid/afrika dan Bangladesh. b. Banyak kasus kriminal yang mereka lakukan terbukti banyak yang tangannya atau kakinya terpotong karena hukuman karena kejahatan. Sempat saksikan dan ikut terlibat dalam peristiwa bagaimana seorang pengemis wanita dari Bangladesh meminta kepada jamaah haji wanita dari Kalimantan, saat diambilkan uang, sang pengemis mencopet gelang emas yang ada di tas gantungan sang jemaah. c. Pola menarik perhatian dengan memelas agar orang kasihan juga diterapkan sebagai jurus mengemis di antaranya melibatkan anak-anak kecil, bayi, dan para wanita. d. Mengemis di jalan-jalan sepanjang menuju masjid,beberapa di emperan toko Emas tempat paling favorit jamaah wanita haji dan umroh Indonesia berbelanja, halaman masjid, bahkan beberapa berani ikut putaran arus thawaf mengelilingi ka'bah. e. Lebih agresif dan sepertinya sengaja memilih sasaran orang Indonesia, karena orang Indonesia selain ramah juga royal bersedeqah apalagi berbelanja (hehhehehhe). f. Berupaya menarik perhatian dan belas kasihan orang Indonesia dengan cara mencoba mengucap beberapa patah bahasa Indonsia meski sering tidak benar seperti: Haji, Haji, Halal,Halal, sedekah. g. Mengemis di tengah jalan dengan maksud bisa dilihat seluruh orang yang memang penuh memenuhi jalan raya. h.Ada mafianya juga kayak pengemis di Indonesia. Suatu hari saya bersama istri berjalan pagi-pagi ke Masjidil Haram dari arah Jarwal, untuk sholat Subuh dengan harapan bisa dapat tempat di dalam syukur syukur di depan ka'bah atau daerah Multazam, daerah yang afdol untuk berdoa. Meski belum penuh karena sangat pagi, jalan sudah penuh manusia yang berjalan ke arah Masjidil Haram. Di antara derap langkah kaki para jamaah yang mengayun dan seskali tergeser aspal terdengar suara lantang tangisan, rengekan di tengah jalan. Saya lihat anak kecil usia 3 tahunan dengan entah kenapa anak sekecil itu tangan kirinya sudah terpotong. " Haji... Haji... halal, halal. Saat jarak hampir mendekati sang bocah, sang bocah menghentikan tangis dan suaranya, mungkin capek pagi-pagi dari tadi menangis dan teriak-teriak. Tiba-tiba tepat di dekat sang bocah datang dari arah kanan jalan, seorang wanita kulit hitam, usia kira kira dua puluh tahunan, pakai pakaian abayyah warna hitam khas pakaian wanita Saudi (pakaian dengan menutup seluruh tubuh termasuk wajah, tinggal telapak tangan dan mata yang terlihat). Tanpa Ba bi bu..dia julurkan tangan kanannya ke arah bocah itu, matanya terlihat melotot, seketika bocah itu menangis terkejut dan berteriak-teriak lagi sambil menangis, "Haji, Haji... halal." dst. Oh saya dan istri terkesiap. Dan Sang Wanita itu menuju ke arah teras toko, bersandar, main HP, dan sesekali matanya terarah pada bocah bila nadanya suara tangis dan rengekannya menurun. Sepanjang jalan, saya dan istri membicarakan kejadian yang dilihat. Alhasil jangankan dapat tempat sholat subuh di depan ka'bah, pelataran luar masjid, itu pun yang paling luar di bawah tembok dinding istana tetirah sang raja Saudi tepat lurus pintu Babussalam, pintu no 24 Masjidil Haram. Bagi para jamaah haji dan umroh, waspadalah meski pengemis bukan penjahat, namun faktanya beberapa pengemis di tanah suci, ternyata ada yang merangkap jadi pencopet. Jamaah Haji Umroh Indonesia adalah sasaran bagi pengemis maupun penjahat di tanah suci, karena jamaah haji, umroh Indonesia terkenal sebagai jamaah yang kaya, royal, punya sifat gampang kasihan. Beribadah untuk menggapai kemakbruan tanpa meninggalkan kewaspadaan, keselamatan, sebagaimana Nabi pernah menyuruh sahabat untuk menalikan untanya di tempat yang aman sebelum melaksanakan sholat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun